Kamis, 23 Februari 2012 | By: Udin shinta

Eksperimental Love Part III

ya...yang jauh mendekat
yang dekat merapat, yang rapat copet
qta lanjut lagi ke tekape. cekidot

*Sabda Alam
Setelah kurang lebih 2,5 jam kawanan makhluk asing ini melakukan perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di gerbang Taman Air Panas Sabda Alam, Cipanas-Garut. Euphoria pun mulai terasa. Raya mulai dengan ide-idennya nanti di dalam, entah apalagi yang bakal dia lakukan nanti. Apa dia bakal sirkus di perosotan, atau dia bakal naik ke ember besar berisi air, semua tidak tau. Yang pasti senyum raya mengembang seketika setelah melihat prosotan besar berwarna merah meliuk dari pintu gerbang Sabda Alam. Juna sudah pasrah saat itu, dia tidak mau berfikir berlebihan dengan aksi Raya nanti di dalam. Mereka parkir di area parkir (kalo di wc itu nama.y nongkrong :p). Mereka bernarsis ria dulu di luar gerbang, berfoto di logo Sabda Alam.Semua itu orangnya narsis-narsis, jadi mereka ga mau ada satu orang pun yang ga ada di foto. Juna yang pintar melobi turun tangan (hah...tangannya jatuh gtu..?? :p), dia melobi bapa-bapa yang mau masuk ke Sabda Alam juga untuk memoto mereka. Mereka berpose senarsis mungkin. Saking narsisnya mereka bergaya seperti sekawanan makhluk aneh, membuat anak dari bapa itu tertawa karena kelucuan mereka.
"Makasih pa..!!" ucap mereka bareng. Raya mendekati anak bapa tadi dan mengeluarkan sebungkus wafer coklat bekal mereka.
"Ini buat ade, jangan lupa sikat gigi ya" Raya sok tua sambil menyubit pipi anak perempuan cantik, putih dan imut ini. Si anak hanya mengernyit karna dicubit Raya.
"Mama, inyiiii" anak kecil itu memberikan wafer pada ibunya.
"Bilang apa sama mba nya" jawab mamanya
"Ma acih.." suara lucu keluar dari mulut anak manis itu, membuat Raya semakin gemas.
"Bu, aku minta foto sama adeknya boleh ya" pinta Raya
"Ouwh boleh.."
"Makasih... Jun [tink..tink] (bukan nyuruh juna nyanyi alamat palsu ya :p)" Raya mengedipkan mata pada Juna, tanda meminta untuk memoto mereka
Raya tersenyum sok imut ga mau kalah imut dengan anak manis itu. Anak itu juga kayanya ga sungkan untuk membuat sebuah senyuman lucu di bibirnya dengan lesung pipit di sebelah kiri, lucuuuu!!!.
"Dadah adeee..!!"
"Daaah kaka.." jawab keluarga kecil tadi sambil melambai pada sekawanan mahasiswa narsis itu sambil berlalu.
"Ray, kenapa sech suka anak kecil" tanya Erik
"Bis mereka lucu, polos kaya aku" jawab Raya sambil cengengesan melihat hasil foto tadi. "Yuuuk akh kemong". Semua memasang wajah enek mendengar jawaban Raya barusan.

Setelah puas berfoto mereka menuju ke loket penjualan karcis. Dika yang membayar seperti biasa, karna Dika ini yang paling berkecukupan dibanding semua (tapi ga gratis, tetep bayar nantinya haha). Sekarang karcis sudah di tangan (ya masa iya di kuping) mereka masuk, tentunya Raya yang paling heboh. Raya itu seperti seorang yang ga tau malu, dia berlari-lari layaknya anak kecil yang kegirangan dibawa ke tempat bermain yang luas oleh orang tuanya.
"Euuuuhh...kampungan" canda Omen, padahal Omen juga ga kalah heboh antusiasnya seperti Raya. Omen dan Raya itu sama-sama ga tau malu. Mereka berpegangan tangan dan bernyanyi

Kita ini sahabatan
Dan tak mungkin terpisahkan
Kaya ulat dan kepompong, saya
Lalu jadi kupu-kupu

Mereka berjoget ala anak kecil sambil bergandengan tangan (-___-), bener-bener masa kecil kurang bahagia. Raya semakin menggila setelah masuk ke kawasan kolam renang. tanpa sadar dan tentunya bikin malu teman-temannya
"Waaaaawww...emejing, wonderpul, ekstraodineri, eksotik, yeeeaaahhhh..... Hei buruan jalannya" Raya berteriak membuat ketujuh temannya membalikkan badan kaya yang ga kenal dengan Raya. Raya cuek dan berjalan menuju tempat penyewaan pakaian renang. Yah, karna rencana mereka dadakan dan pastinya mereka tidak membawa pakaian ganti, jadinya mereka harus menyewa. Raya hanya menyewa celana pendek, atasannya masih bisa pake kaos. Kecuali anak laki-laki, cukup memakai boxer aja dah jadi tinggal nyebur.

Mereka menuju ke kolam yang tidak begitu penuh dengan pengunjung. Yah karna itu kan hari senin, bukan hari libur pastinya ga begitu penuh. Tapi mereka tidak melihat sosok monyet gila di sekitar kolam.
"Si raya ngelayap kemana dia" tanya Dina
"Khalaaaakh...paling dia lagi eksplorer kaya dora" jawab Dedi
"Si Juna juga ga ada neh" tanya Satria
"Yah..komplit kan, kalo mereka ga ada paling lagi ngumpet dari si swipper" canda Omen
"Hahahahah..." mereka tertawa. Setelah mereka menunggu kedua anak ajaib itu akhirnya mereka nongol.
"Eh tuh mereka, woi..dora n boots" teriak Erik
"Bukan mereka itu kaya si buta dari goa hantu sama monyetnya. Hahahaha" ujar Satria
Raya dan Juna berjalan menuju teman-temannya yang sedang asyik bergunjing tentang mereka.
"Kenapa kangeun ya...??merasa kehilangan kan..?? (pasang wajah sok imut)" jawab Raya
"Ketemu harta karunnya" tanya Dika pada Raya dan Juna
"Ga ketemu, keburu dicuri swipper" jawab Juna
"Bis darimana kalian" tanya Satria
"Melakukan ibadah sholat dzuhur" jawab Juna sambil sok kaleum ala ustadz
"heheheh...qta belum ntar akh" jawab Satria
"Eh, itu ber...do...sa..sholat lah sebelum kalian disolati" jawab Juna
"Disolati, bahasa apaan itu hahahah. Iya akh sholat dulu nyok" jawab Omen
"Ya udin, qta sholat dulu trus ganti, kalian duluan az. Eh, kalo ada yang cantik ciri'i ya" rayu Dedi
"Hahahaha. udah akh yok nyebur Jun. Biarin mereka insyaf dulu" jawab Raya sambil melihat ke kolam yang penuh air dan perosotan besar depan dia. Dia berimajinasi apa yang bakal dia lakukan. Tanduk mulai muncul di kepala Raya. Dia bakal bermain sepuasnya, pengen ketawa sepuasnya. Dan ide-ide jail berkeliaran di kepalanya.
"Liat si Raya dah kaya pengen nyemplung aja. Kaya yang bisa renang hahaha" ujar Dian yang sadar akan lamunan Raya.
"Kagak bisa hahahah. Kan aq mau nyemplungnya di tempat anak kecil aja :p"
"Yadah qta sholat dulu, ntar nyusul" jawab satria
"Hokeeeeehhh..." jawab Juna dan Raya kompak sambil mengacungkan jempol. (kalo ngacungin jari telunjuk itu anak SD :p)
Raya dan Juna berkeliaran ga jelas sambil menunggu teman-teman yang lain selesai sholat. Juna seperti biasa dia mengincar beberapa cwe cantik dan seksi di kolam, tpi sayang itu kan bukan hari libur jadi ga banyak pengunjungnya. Kecuali para mahmud yang datang bersama keluarganya [mamah muda]. Juna menclok dari satu tempat duduk ke tempat duduk lain untuk mengedarkan matanya mencari sesosok makhluk bening di kolam itu (dasar pi el e way bi o way) hahahah. Sementara Raya..??yah apalagi yang dia lakukan selain berlarian bersama anak-anak kecil lucu dan imut sambil tertawa saat naik prosotan yang meliuk dan segede gaban. Juna menangkap wajah lugu dan cerianya Raya saat dia keluar turun dari prosotan yang mengerikan itu bersama segerombolan anak kecil yang entah kenal darimana. Raya tertawa senang sambil memangku seorang anak perempuan. Juna tersenyum melihat temannya yang terkena cipratan air kolam saat turun dari prosotan.

*Juna
Sambil meroko di pinggir kolam Juna memerhatikan Raya. "Aku suka melihat senyummu, tawamu dan kegilaan mu" batin Juna."Aku rindu senyum itu, aku rindu tawa itu dan aku rindu kegilaan itu dari kamu" Juna selalu senang membiarkan pikirannya melamun tentang Raya. Mengingat bagaimana dekatnya mereka dulu, kenangan-kenangan gila bersama Raya. Raya memang tidak pernah berubah, sekalipun dia sudah bersama Adam dia masih tetap punya waktu hanya untuk sekedar main bersama Juna dan teman-teman yang lain. Tapi semuanya berbeda, senyum itu bukan bersamanya, tawa itu bukan karnanya dan kegilaan itu bukan denganya. Juna asyik melamun tentang Raya, sementara Raya asyik bermain bersama anak-anak kecil yang baru dia kenal beberapa saat lalu. Yah begitulah keadaanya sekarang. "Jangan pernah menganggap dirimu bukan apa-apa, karna mungkin di sana ada seseorang yang mengaggap dirimu adalah segalanya". Itu yang sekarang sedang Juna dan Raya alami. Juna mengambil handphone dari dalam tasnya, dia ingin mengabadikan moment itu hanya untuk dirinya. Cliiiiik..dapat, 1 gambar Raya yang tertawa lebar bersama anak kecil di dalam kolam dengan percikan air hasil cipratan anak-anak teman mainnya. Juna tersenyum melihat dalam foto. Wajah Raya yang cakep malah nampak jelas di hasil jepretan itu. Dia seperti seorang laki-laki yang manis. Makanya ga heran kalo banyak cewe yang justru naksir dia dibanding cwo. Biasanya selalu ada dia dalam setiap foto Raya, sekarang hanya Raya. Yah hanya Raya dengan senyumannya.
"Ooooiii..ngeceng aja" Erik mengagetkan Juna yang sedang asyik melihat foto Raya
"Kodok bugil lu bikin kaget guwe, untung ga keselek roko"
"hahahaha..makanya kalo lagi ngincer jangan sambil ngebayangin" ujar Erik
"Dapet ga Jun..??" tanya dedi
"Ada noch, pke two piece"
"Waaaaah...mana??" jawab Dedi antusias
"Tuh deket ayunan, bawah pohon"
"Itu orang atau kuntilanak somplak" jawab dedi sebal
"Serius guwe, liat aja. (melihat ke arah ayunan) Tuh masih ada orangnya"
"Ahahahah...kejar ded, sapa tau pelet kamu manjur. Yah ga perawan juga lumayan lah janda hahahah" ujar Omen seenaknya
"Loh, loh, liat guwe ya" Dedi menyombong. Dedi memang jomblo sejak lahir. Takdir kali ya. Wajahnya ga ganteng (diperhalus kalo bilang jelek itu ga etis :D). Tiap ngeceng cwe pasti cwenya lebih suka sama Juna.
Juna paling pinter kalo dapetin cwe, dia juga paling tau tentang cwe dan selera temen-temen cwo yang lain. Sampe-sampe si Dika dan si Erik dikenalin dan akhirnya pacaran, itu berkat Juna yang kenalin ke mereka. Tapi Dedi selalu apes, tiap cwe yang dikenalin oleh Juna ga ada yang nyangkut sama dia xixixi. Dedi beranjak menuju ayunan dan menggantungkan harapan pada insting Juna tadi. Dia dengan percaya diri dengan badan cungkringnya berjalan menuju ayunan pengharapan itu. Dan iya, dia melihat sesosok makhluk putih, berambut panjang (tapi bukan kuntilanak ya) sedang duduk di ayunan itu. "Lho ko ga two piece??" pikir Dedi. "Akh..cuek aje, yang penting cwe xixixi".
"Sendirian aja teh?" tanya dedi pada WanitaPutihCantikBerambutPanjang
"(tersenyum) enggak, kan banyak orang disini" jawab WanitaPutihCantikBerambutPanjang
"Si teteh bisa aja. Ko ga renang?"
"Ga akh takut basah" jawabnya manja membuat Dedi makin klepek-klepek
"Yah namanya juga air teh, pasti basah. Kalo nyemplung di kolam bola baru kering hehehe" Dedi bercanda garing
"Klo di kolam ikan mah hanyir yah a"
"eheheheh, si teteh lucu juga"
"Kaya sule ga??" jawab WanitaPutihCantikBerambutPanjang, usianya nampak tidak terlalu jauh berbeda dengan Dedi. Wajahnya masih muda, nampak seperti abg
"Susis donk sule mah"
"Susisnya so nais ga a"
"Ahahahahah"
"Teh, masih sekolah"
"Udah lulus, taun kemaren"
Dedi sumringah mendengar jawaban si cwe. "Ouwh, kuliah donk"
"Kuli akh" jawabnya manja
"Heheheh si teteh mah ya becanda aja. Kerja??"
"Iyah..."
"Asli bandung??"
"Saya mah dari tasik a"
"Ouwh tasik toh, sebelah mananya?"

Mereka berdua asyik ngobrol. Dedi nampak hilang ingatan akan teman-temannya. Sementara jauh di sana teman-teman Dedi menertawakan aksi PDKT Dedi.
"1 hari mencari cinta hahahaha" Omen nyeletuk
"bukan 30 menit mencari cinta" jawab Dika
"Kayanya mengejar mba-mba" Dian ikut komentar
"Love in garut nyaho" ujar Erik
"Skandal jepit" celoteh Satria yang disambut dengan tertawa keras teman-temannya
"Bukan...Jomblo Terakhir" ujar Juna
"Hahahahah...eta pisan, cocok" tawa mereka membuat segelintir orang di kolam melirik ke arah mereka.
"Yuk akh nyebur" Omen sudah bersiap-siap nyebur ke kolam. Cuaca ga begitu bersahabat, cukup terik. Kolam yang berada di outdoor ini mungkin akan membuat kulit menjadi hitam. Tapi itu ga penting, yang penting cuman refreshing.
"Eh, si Raya kemana??" tanya Dian
"Tuh.." jawab Juna mengarahkan pandangan ke kolam anak-anak, dimana Raya sedang asyik bermain air bersama anak kecil.
"Panggil gih" ujar Dian
"Udah biarin dia berkarya..." jawab Juna
"Eeeeh..dia pasti mau klo qta ajak naek prosotan" Omen memberi saran
"Ray...oi...naik prosotan yuk" teriak Omen
Seketika Raya bangkit dari kuburnya, eh dari kolam anak-anak itu yang tinggi airnya hanya sebatas betis orang dewasa. "Asyeeeeeeeekk...hayuk. Dah adek-adek, kaka mau naek prosotan dulu ya"
"Dadaaaaah..." jawab mereka yang bermain juga bersama ibunya.
Tiba-tiba ada salah satu anak bilang "Om..om..nanti maen bola lagi ya om"
Raya hanya tersenyum dipanggil om oleh anak kecil itu. Karna rambut Raya pendek dan wajahnya yang cakep kali ya, jadi bukan salah tuh bocah. Lagian salah dia juga, cuman pake kaos dan celana pendek tok. :p
Jauh di ayunan sana Dedi masih asyik PDKT dengan WanitaPutihCantikBerambutPanjang tadi.
"Woooi...ded, qta ke sono dulu ya" teriak Erik sambil menunjuk ke arah sebuah prosotan dengan bentuk meliuk-liuk dan panjang
"Siiip.." jawab Dedi sambil mengacungkan jempolnya.

Mereka menuju prosotan itu. Raya yang paling antusias, dia berjalan cepat nampak tidak sabar. Dia paling suka sama hal-hal ekstrim yang memacu adrenalin. Teman-teman yang lain sech biasa aja ga begitu suka dan ga suka juga (jadi gimana ini teh :p, ya biasa aja we). Dari ketinggian beberapa meter di atas tanah, itu awal dari perosotan. Raya yang pertama ingin meluncur. Di depan sana ada beberapa orang yang sedang mengantri meluncur. Raya mulai dengan ide jailnya, dia tau pasti kalo salah satu temannya tidak suka dengan ketinggian. Dia tarik tangan temannya itu, yang padahal dia ga pernah niat untuk ikut meluncur bersama teman-temanya. Tapi dia ikut ke atas karna ga tau harus ngapain lagi.
"Juna lu harus ikut" Raya menarik tangan Juna
"Ogah, gila ya lu, mu guwe mati kena jantung di sini. Guwe kan cuman mu dokumentasiin kalian dari sini"
"Ga akan lah, lu ga bakal mati dodol. Yang dokumentasiin ada si Dedi"
"Ahahahah...si Juna kagak bakal mau Ray" Erik bersuara
"Iya dia kan maho. Mana berani" Omen mengeluarkan komen pedas khasnya bercanda
"Enggak gila!!! guwe tunggu kalian di bawah aja" jawab Juna sambil melepaskan tangan Raya dan berusaha kabur sebelum teman-temannya memaksa dia untuk terjun.
"Kagak bisa..!!" Erik, Dika, Omen dan Satria mengepung dia dan menagkap badan Juna.
"Ogah...!!!" Juna berontak, tapi tenaganya kalah oleh badan Erik dan Satria yang besar karna sering ngegym. Juna lemas, deg-degan dan pasrah saat Raya memegang tangannya menghadap mulut prosotan.
"Lu santai aja donk, ga usah tegang gtu hahahah" canda Raya geli melihat temannya itu pucat pasi di mulut prosotan yang padahal ga terlalu tinggi menurut Raya. (iya menurut Raya, lha kalo takut ketinggian mah beda lagi tetep aja tinggi judulnya)
"Iya jun cuman 10 meter paling gkgkgkgk" Dika bercanda
"What..?cuman, yang luar biasanya berapa?" jawab Juna
"Yah, 100 m lah. hahahahah" Omen jawab ngasal. Wajah Juna semakin tegang mendengar ocehan teman-teman gilanya ini.
"Santai aja Jun, lu merem aja entar. Kan bareng guwe" jawab Raya mencoba merayu temannya ini. Juna pasrah mendengar ucapan Raya barusan. Jauh di lubuk hatinya dia merasa tenang dengan perkataan Raya yang jarang sekali terjadi itu :p. "Siap jun" ucapan Raya membuyarkan lamunan Juna. Di bawah sana Dedi melihat ketujuh temannya dan siap mengabadikan momen itu
"Pasrah lah guwa mah"
Dan Wuuuuuuusssshhh..."Waaaaaaaaaa...monyet gila, sarap, stres, mati guwe..mati...emaaaaaaakkkk" teriakan Juna mengaum dalam prosotan itu, bersama tawa Raya yang kegelian mendengar teriakan Juna. Jantung Juna seperti melesat seketika, nafasnya sesak menahan tarikan luncuran itu. "Guwa ga mau lagi, jantung guwe..!!lemes guwe sumpah monyet gilaaaaaa...." byuuuuuuuuuuuurrrrrrrr...!!!
mereka berdua tercebur ke dalam kolam di ujung prosotan dengan Raya yang tertawa geli melihat ketakutan temannya itu. Di depan prosotan Dedi stand by menyorotkan kamera ke arah mulut prosotan. Video aksi "Juna nyebur" pun terekam dalam kameranya (eh salah deng, kameranya Dika :p). Dedi tertawa melihat wajah Juna yang seketika pucat pasi karna takut. Dari mulut prosotan keluar Dika disusul Erik, Omen yang bergaya ga kala heboh dari Juna, Dian dan Satria. Semuanya terekam dalam kamera yang Dedi pegang. Raut wajah yang berbeda dari kesemua temannya. Semua tertawa puas, kecuali Juna yang terdiam lemas di dalam kolam.
"Jun masih idup kan lu" Omen tertawa melihat Juna yang pucat
"Gilaaaa..jantung guwe..huh..huh.." jawab Juna sambil mengarahkan tangan Omen ke dadanya. Jantungnya berdetak kencang seperti genderang mau perang (jiaaaah..malah nyanyi).
"Tapi lu masih idup kan buktinya heheheh" jawab Dika sambil menahan tawa. Juna kabur dari segerombolan makhluk tak berprikekeboan itu. Naik ke pinggir kolam tempat Dedi duduk.
"Sial...suram Rayaaaa...huh...huh..huh.." Juna akhirnya bisa teriak di pinggir kolam sana dengan nafas yang terengah-engah. Teman-teman yang lain sibuk bermain air dan tertawa melihat aksi "Juna nyebur". Raya hanya nyengir kuda ke arah Juna yang terduduk lemas. Raya kembali meluncur, entah untuk yang ke berapa kalinya.
"Jun, Ded sini turun, qta diem di bawah ember tumpah." teriak Raya sambil menunjuk ke arah tempat ember kuning besar memuat 10 liter air yang akan ditumpahkan.
"Ogaaaaaah...masih lemes guwah...hah..hah.." jawab Juna males
"Akh cemen lu jawa. Nech pegang lu potoin qta-qta aja dah" Dedi menyumbang saran, sambil memberikan kamera pada Juna yang masih terduduk lemas mengatur nafas. Masih tampak wajah shock dan takut. Dia terima kamera dari Dedi dan mulai mengumpulkan sisa-sisa nyawa yang tertinggal di prosotan tadi. Berjalan ke arah ember besar dengan teman-temanya berada di bawahnya.

Ember besar itu berisi air hangat yang siap ditumpahkan setiap 30 menit sekali. Orang-orang yang berada di bawah akan merasakan kehangatan dan serasa seperti dipijat (relaksasi) karna tekanan dari air yang tumpah. Badan serasa dipijat. Raya paling suka bermain air (dia sech apa yang ga suka kalo istilahnya maen mah), ketujuh temannya sudah siap menunggu tumpahan air dari ember besar itu. Bersama dengan pengunjung lain, dan bruuuuuuuuuuuuuuuusssshhh...!!! 10 liter air hangat tertumpahkan ke atas badan para pengunjung termasuk Raya dan teman-temanya yang disambut dengan teriakan. Anak-anak kecil juga suka dengan moment ember tumpah ini. Juna yang memang hobi memotret berhasil mengabadikan moment itu dengan sangat indah. Terlihat dia mengambil beberapa kali gambar, dengan pose dan raut wajah aneh dari teman-temannya. Dia paling suka dengan ekspresi Raya saat air tertumpah ke badannya yang kurus (iya lah, apapun tentang Raya dia suka).

Teman-temannya menghampiri Juna ingin melihat hasil jepretan Juna, kecuali Raya. Seketika dia sudah menghilang, entah kemana lagi dia. Juna mencari kemana makhluk itu menghilang. Dan, dia menangkap sesosok wajah riang Raya yang sedang mengantri di atas prosotan lurus di kolam lain. Dalam hati dia tersenyum, mengagumi sosok ceria Raya yang membuat dia tidak pernah bosan melihatnya. Raya berebut dengan anak kecil di atas sana. "Dasar bocah" senyum pun tersungging di mulutnya (kenapa musti pake kata tersungging sech :D).

Kedelapan makhluk ini menikmati keceriaan di kolam air hangat itu, termasuk Juna yang sudah lupa dengan aksi memicu adrenalinnya tadi. Berenang kesana-kemari dengan gaya seenaknya mereka. Bermain air dan prosotan sepuasnya. Semua bertingkah seperti anak kecil. Raya bisa dibilang nomaden, selalu berpindah dari kolam satu ke kolam lain. Itulah Raya, dia selalu punya dunianya sendiri. Bisa membuat keceriaannya sendiri, padahal jauh di dasar hatinya dia tengah terluka (kalo di pinggir hatinya lagi apa??:p). Sekilas Juna menyadari sesuatu, Kesedihan yang tertangkap saat obrolan di motor tadi. Raya sedang ada masalah dengan Adam, dan ini pelarian Raya dari kesedihannya. Hanya Juna yang sadar akan sifat authis Raya saat ini. Yah, Raya memang selalu seperti itu saat dia ada masalah. Ingin sendiri di keramaian dan masuk ke dunianya sendiri. Tapi yang Juna suka dari sikap Raya itu, dia selalu berfikir dalam masalahnya. Saat Raya mulai masuk ke dunianya, maka dia akan keluar dengan pemikiran dewasanya. Juna kembali bergabung bersama teman-teman yang lain.
"Eh, si monyet udah pergi lagi aja. Ntar ilang lho dia" Erik berkicau
"akh...dia kan suka gitu. Ntar kalo lapar juga pulang" jawab Omen
"Lu kira dia ayam hahahaha" jawab Juna
"Bukan dia kan monyet Jun hahahah" tandas Dika
"Oia ya, bahlul ente" jawab Juna. "Tadi sech di sono" Juna menunjuk ke arah prosotan sebrang kolam dimana dia dan teman-temannya berada. "Lho kemana lagi tuh anak??". Matanya mencari sekeliling, sesosok makhluk itu tidak nampak terlihat.
"Biasanya mata lu cepet kalo liat dia Jun. Dimana pun pasti ketauan" canda Omen
"Hu.uh tau nech. Mgkin krna shock tadi kali ya, jadi ilmu mata laser guwe berkurang hehehe"
"Kalo gitu musti di terjunin lagi biar balik" Erik menyumbang saran
"Ogah banget"
"hahahaha.." tawa renyah mereka mengingat aksi Juna tadi bersama Raya.
"Panas nech, bisa ngebakar kulit ntar" Dina mengeluh
"Iya panas ung, udahan nyok" Erik setuju dengan ucapan Dina
"Ya udah yuk naek, sekalian ngemil" jawab Dedi yang memang sudah kedinginan
hampir 2 jam mereka bermain dalam kolam air hangat itu. Sementara Raya entah dimana dia sekarang.
"Si raya kemana sech" Dina bertanya lagi
"Udah biarin, ntar kalo blum ketemu si Juna pasti nyariin soulmatenya hehehe" jawab Omen
"Iya bairin aja, mungkin dia lagi nyangkut di salah satu pohon kelapa" jawab Juna, padahal dia begitu cemas.
"Emang ada pohon kelapa" tanya Dian
"Ga ada" jawab Juna "Hahahahaha"

Ketujuh makhluk itu berganti kostum, tapi bukan dengan kostum google five atau kostum badut ancol, tapi dengan pakaian mereka. Setelah selesai berganti pakaian, mereka duduk di pinggir kolam dan mulai membuka perbekalan mereka. Dedi mulai beraksi, dia mengeluarkan gitar dari tasnya dan mulai memainkan gitar. Dia mulai menekan senar gitar dan membentuk chord C, dia mainkan lagu kemesraan (lagu sesuai umur hehehe). Kesemuanya menikmati alunan gitar yang Dedi mainkan dan mulai bernyanyi bersama Dedi. Sekalipun wajahnya ga cakep, tapi Dedi punya suara yang bagus lebih bagus dibanding suara Raya yang cempreng. Dalam alunan gitar Dedi, Juna mulai gelisah karna Raya blum datang juga.
"Cuy guwe cari Raya dulu ya, takut diculik orang, ntar guwe yang dimarahin bokapnya heheheh" Juna meminta ijin pada teman-temannya yang sedang asyik bernyanyi.
"Okeh" jawab temen-temannya. Dedi mengganti grip yang dia mainkan, seketika dia memainkan lagu Ku menunggu nya Rossa saat Juna beranjak pergi dengan niat mencari Raya.

ku menunggu, ku menunggu kau putus dengan kekasihmu
tak akan ku ganggu kau dengan kekasihmu
ku kan selalu di sini untuk menunggumu


"Aseeeem lu ded, hahahaha" Juna spontan melempar bungkus roko ke arah Dedi yag sedang menainkan lagu Rossa.
"Eeeeiiittsss...ngape lu hahaha. Santai..piiiisss " jawab Dedi, sambil menghindar lemparan Juna
"Lanjutkan hahahaha" tawa Juna
"Man, inget quotes itu kan" Satria berbicara
"Quotes sapa..??"
"Bilang ga bilang, laki-laki ga boleh nyesel. Lu cowo kan??"
"Sialan lu...!!!"
"Hahahaha" mereka tertawa pada Juna yang sedang resah pada Raya. Juna pergi disertai alunan lagu Izzy

Kamu nyata di hidupku
Kamu ada di depan ku
Tapi tak bisa aku menyentuhmu

Kamu nyata di mataku

Kamu ada di depan ku
Tapi tak mungkin tak mungkin ku miliki dirimu


Juna berlalu, tak begitu menggubris teman-temannya yang sedang mengejek dia. Semuanya tau tentang penantian dan perasaan Juna kecuali Raya. Juna mulai menelusuri Taman Air itu dengan mata yang terus mencari sesosok makhluk bernama Raya. Dari kolam satu ke kolam lain, dari tempat istirahat sampai toilet dia mencari Raya. Dia lupa ga nyari ke atas pohon, kan sapa tau Raya naek ke atas pohon biar dia bisa tidur siang :p. Di sudut kolam dia melihat sosok Raya yang sedang duduk memangku lutut dan kedinginan. Entah apa yang sedang Raya lakukan di atas batu sana (tapa kali di atas batu :p). Pandangannya menatap jauh ke kolam anak-anak. Raya cengar-cengir melihat sekelompok anak kecil yang sedang asyik bermain air. juna tersenyum melihat Raya dari kejauhan.
"Bocah bandel, dicariin daritadi eh menclok dimari" canda Juna sambil mengacak rambut Raya yang setengah kering dan kusut.
"Eh ada Juna xixixi" sambil membereskan rambut yang diacak Juna
"Lagi ngapain lu mo disini, bawah pohon pula kaya monyet lagi jemur"
"Emang lagi bejemur hahaha" Raya terlihat kedinginan. Juna melihat tangan Raya yang sudah keriput karna kedinginan dan meraihnya. Seketika membuat jantungnya berdebar lagi tidak kalah hebat saat dia meluncur dari prosotan tadi.
"Kamu sech, pecicilan kaya baru liat aer ajah :p"
"Hehehehehe...iya donk, guwe seneng jun. Rasanya semua beban guwe ilang disini"
Juna membuka jaketnya dan menyelimuti badan Raya dengan jaketnya. "Yuk akh ganti baju dulu, trus makan. Dah jam 3 nech, kan g mau pulang malem"
"Tapi masih betah" Raya menatap Juna dengan memelas
Juna paling ga tega ganggu kebahagiaan Raya. Hmmmm...lebih tepatnya kegilaan Raya hehehe. "Trus, masih mau maen sama anak-anak itu?" tanya Juna.
"Anak kecil itu polos ya, ga mikirin masalah. Yang mereka pikirin cuman gimana caranya mereka bahagia" tiba-tiba Raya nyeletuk, dengan mata kosong memandang anak-anak bermain air di kolam.
"Makin tua umur, makin nambah masalah. Mereka juga bakal mulai mikirin masalah kalo mereka dah gede entarnya. Sama kaya elu dulu, dulu kan lu juga ga mikirin masalah. Yang penting lu senang n maen iya kan??"
"Ho.oh..."
"Lu kenapa sech, ngelamun mulu?"
"Guwe dah ga boleh galau lagi ya Jun"
"Galau??kenapa lu hahahah. Kesambet cupid ya"
"Bukan tadi kesambet andong. Akh lu mah..." Raya cemberut mendengar ucapan Juna
"Kenapa lagi si Adam. Belakangan lu jarang cerita lagi tentang kegilaan kalian hehehe"
Nyengir kuda, "Udah enggak jun sekarang"
"Maksud lu??"
"Never Lasting...huh"
"Kapan??"
"Jumat sore dia nelpon n akhirnya guwe musti denger itu Jun"
Juna mengusap kepala Raya, membuat mata Raya mulai berkaca-kaca "Tenang masih ada guwe sama anak-anak kan" Juna berusaha menenangkan temannya ini. "Yah sekalipun qta ga bisa meluk lu, atau nyium kening lu" canda Juna. Duug, sikut Raya ke perut Juna "aduuuuwwwh"
"Rese lu..weee"
"Ahahahaha...gimana pun juga dia yang pertama ngajarin lu jatuh cinta, ngajarin lu gimana rasanya deg-degan saat dipegang tangan, di kecup kening lu pas dia mau pulang abis nganter lu ke rumah. Dia yang ajarin lu kepercayaan, patah hati dan belajar bangkit" Juna memeluk sahabatnya ini. "Lu musti inget kebaikan dia, biar lu ga benci sama dia. Sakit emang liat orang yang qta sayang bahagia sama orang lain, tapi lebih sakit kalo dia justru ga bahagia sama kita" Juna tersenyum pada sahabatnya itu. Raya meneteskan air mata sambil tersenyum. Jawaban Juna barusan seolah menyadarkan dia tentang perasaannya terhadap Raya. Melihat Raya bahagia itu yang Juna ingin, meski bukan bersama dia.
"Iya ya jun, qta ga akan pernah tau gimana rasanya bahagia kalo qta blum pernah tau gimana rasanya sakit" ungkap Raya
"Weeeeiiitss...quotes keren tuh, kena malaikat dari mana" canda Juna
"Barusan ada kecoa ngasih inspirasi heheheh"
"Inspirasi yang aneh"
"Thanx's Jun, lu emang sobat guwe paling baik. Tapi ko lo tau dia bahagia sama orang?" tanya Raya heran
"Ouwh itu. Hmmmm...xixixi"
"Apa sech ga jelas"
"Guwe ga maksud ya Ray, sorry ini kan biar kaya di pelem-pelem hahahah"
"Bullshit, pasti lu tau sesuatu"
"Heheheh"
"Serius keboooo.."
"Serius dah ganti vocalis mo"
"Juna!!!" mata Raya melotot pada Juna. "Akh peduli amat, kan guwe udah ga galau"
"Tapi mewek hahahah. Iya guwe pernah liat Adam bonceng cwe, tapi guwe ga yakin juga sapa tau guwe salah liat hehehe"
"Ouwh, guwe dah ngira ko. Udah akh yuk, kedinginan guwe"

Kedua sahabat itu pun beranjak dari batu tempat Raya bertapa tadi dan kembali ke tempat teman-temannya berkumpul dan beristirahat. Raya mulai bercanda lagi dengan Juna, dia sudah meninggalkan kesedihannya tadi. Saat menyusuri pinggiran kolam tiba-tiba Raya bersuara
"Busyeeeeeeeeettt...cakep Jun"
"Mana??" Juna spontan
"Tuh di bawah tangga prosotan itu" Raya mengarahkan pandangan pada sesosok makhluk dalam kolam di bawah prosotan panjang dan lurus tidak jauh dari tempat mereka berjalan. Tampak jelas sesosok makhluk berkulit putih mulus, berambut sebahu dan memakai celana pendek sedang berdiri.
"Ko ga pake baju atasan mo??"
"Bwuahahahahah" mereka berdua tertawa melihat sesosok pria nampak gemulai cantik di bawah tangga prosotan.
"Mahoooo.." mereka berbarengan sambil bergidig. "Ahahahaha"
"Lu demen aja liat yang maho mo" sambil menyikut Raya
"Kan kesukaan lu bo hahahah"
"Sialan" Raya berlari dari Juna yang siap-siap menjitak dia. Dari kejauhan teman-temannya melihat 2 makhluk yang mereka kenal berlari ke arah mereka sambil tertawa.
"Heh...kalian kaya dikejar hantu aja" ujar Dian heran
"Justru qta dikejar maho hahaha..." jawab Juna sambil terengah-engah
"Sarap kalian, maho dimana??" tanya Dedi
"Lu mau ded..??noh dibawah tangga prosotan itu" jawab Juna sambil menunjuk ke arah prosotan tempat mereka bertemu makhluk mengerikan tadi.
"Ga...ga usah repot-repot sayah mah udah punya yang normal hahaha"
"Wuuuhhh...songongnya teman kita ini" tandas Omen
"Emang yang tadi mau sama elu" tanya Satria
"Iya donk, dah dapet nomer hpnya hahai" Dedi menyombongkan diri
"Ajeegileeee...pelet kamu manjur" Omen sirik
"Yoi donk, nuhun Jun akh"
"Okeeeeh...kalo gitu, qta makan gratis donk ntar" kata Erik
"Okeh sapa takut"
"Jangan omdo lu ded" Juna ragu dengan pernyataan Dedi barusan
"iya nech, seriusan nech qta laper" Dika meyakinkan
"Serius, kalo kurang duitnya kan ada si dika hahaha"
"Yah urang deui...urang deui"
"Hahahah...ga...tenang lah, mu makan apa??"
"Asal tong makan domba hirup we hahaha" canda Omen garing
"Yadah tunggu, ganti baju dulu aku" ujar Raya sambil membawa tasnya dan bergegas ganti.

Raya selesai mengganti pakaiannya. Setelah mereka sholat ashar berjamaah, mereka pergi meninggalkan Taman Air itu. Dedi kegirangan karna akhirnya ada juga cwe yang berhasil dia pikat. Sampai di parkiran mereka siap-siap untuk pergi, tapi sekilas Juna melihat cwe yang tadi ngobrol bersama Dedi di parkiran motor.
"Ded, itu cwe yang tadi ngobrol sama lu kan. Sapa namanya?" tanya Juna
"Kenapa suka lu??Lisna"
"Bukan gitu kuya. Lu liat deh itu" Juna menunjuk ke salah satu mobil. Terlihat Lisna sedang mengais seorang anak laki-laki berumur 3 tahunan memasuki mobil bersama seorang laki-laki berumur 30an.
"Ded, ko dia bawa anak??" tanya Juna membuat Dedi makin bertanya. Semuanya melihat ke arah yang Juna dan Dedi maksud.
"Baby sitter meureun" jawab Dedi ga mau mikir sesuatu yang bisa membuat dia sedih
"Masa baby sitter duduk di depan" ujar Omen
Dedi semakin sedih, dia merasa penasaran dan mulai mengeluarkan handphone dari dalam saku celananya dan menghubungi nomor seseorang. "Halo, iya kenapa a?" jawab seseorang di telpon itu.
"Kamu udah nikah??" tanya Dedi penasaran
"Ko aa tau, hahahaha. Aa peramal ya" canda lisna di telpon
"Ini aa liat di parkiran"
"Ouwh..iya" jawab lisna. Mobil itu melaju ke arah parkiran motor tempat Dedi dan teman-temannya sekarang. Jendela supir terbuka dan perempuan itu melambaikan tangan ke arah Dedi dan teman-temannya "Dah..duluan ya" ujar lisna dari dalam mobil sambil memangku anak laki-laki. Suaminya tersenyum kepada sekawanan makhluk itu dan berlalu bersama terputusnya telpon Dedi tuuut..tuut..tuuut
"daaaah...iya hati-hati" mereka membalas sapaan lisna kecuali Dedi yang masih berdiri cengok menatap mobil yang melaju keluar area Sabda Alam.
"Sabar Ded" ucap Juna sambil mengelus pundak Dedi berusaha menenangkan. Dedi hanya tertunduk lemas, udah sering dia merasakan patah hati. Tapi tidak sesakit ini. Biasanya cwe langsung nolak dia di awal. Tapi sekarang kondisinya dia serasa dibawa terbang tinggi trus dibanting ke bumi (kaya lirik lagu :p)
"Yah...kambingnya lepas donk" Omen bercanda tidak pada tempatnya
"Makan rumput dech qta hahahah" Erik menambah luka hati Dedi
Raya menginjak kaki Omen dan Erik "aaaauuuwww" teriak mereka. "Sakit Ray" ujar Omen
"Ya sama Dedi juga lagi sakit, kalian malah candain" ujar Raya. "Ya udin ded, qta makan timbel aja. Traktirannya tetep jadikan"
"Eeeeeuuuuhhh..." Raya dijitak Omen yang balas dendam karna diinjak kakinya
"Aku kan nagih janji, kan janji dia itu mah" Raya membela diri. "Ga deng Ded, becanda. Kan masih ada Dika hahahah"
Dedi hanya nyengir melihat teman-temannya yang berdebat dan berusaha membuat dia tidak sedih lagi.
"Yah...guwe lagi kena" ujar Dika. "Tapi g apalah demi Dedi yang sedang patah hati"
"Eeeeuuuhhh...ieu deui" semua menyiksa Dika, Dedi tersenyum melihat tingkah teman-temannya
"Aaaakh..cemen, masa segitu aja nyerah. Masih banyak janda-janda tua di luar sana. Betul tidaaaaaaaakk" tandas Dedi
"Betuuuuul" semua kompak menjawab
"Nyok akh markikan, laper nech" jawab Raya
"Yuuuk.."

Mereka pergi meninggalkan Taman Air Sabda Alam yang penuh keceriaan, ketenangan, kebahagiaan, kebersamaan, patah hati, petualangan dan ketakutan terutama buat Juna. Setelah selesai makan mereka melanjutkan perjalanan pulang, membawa kenangan masing-masing. Suasana sore yang begitu hangat saat matahari mulai condong ke barat. Jalanan di cipanas, garut mulai ramai. Mereka melewati hamparan sawah, segerombolan bebek digiring menuju kandangnya. Anak-anak mulai pulang sekolah. Saat lembayung berwarna merah kekuningan di ufuk barat, kedelapan sahabat ini memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah warung kopi pinggir jalan. Raya ingin mengabadikan momen ini, saat matahari terbenam, saat langit mulai memerah bersama sahabat-sahabat tercintanya.
"Dik, kamera kamu mana?" tanya Raya
"Tadi si Juna yang pegang" jawab Dika
"Ini...ada di sayah" jawab Dedi, sambil mengeluarkan kamera digital milik Dika. Raya memoto sekenanya. Dia juga suka fotografi sama seperti Juna. Juna yang sedang melihat indahnya sunset di sudut warung saat itu juga Raya ambil fotonya. "Enggelnya keren kan Jun??" tanya Raya pada Juna, sambil memperlihatkan hasil jepretannya saat Juna sedang melamun.
Juna melirik pada foto itu, "Yoi, guwe kan emang keren hehehe"
"Yeeekkss...sapa dulu donk, yang motonya juga keren hahahah" Raya ga mau kalah
Juna hanya mengernyitkan dahi dan kembali menatap sunset saat itu. Teman-teman yang lain sibuk menghabiskan cemilan dan menyeruput hangatnya kopi sambil bercanda. Raya hanya tersenyum melihat sahabatnya ini sedang menatap kagum pada keindahan Sang pencipta. Setelah cukup beristirahat dan becanda ria mereka melanjutkan perjalanan.
"Dik, kamera aku yang pegang dulu ya" pinta Raya
"Oke siip" jawab Dika"

Memasuki kawasan cicalengka yang menurun, Raya mengeluarkan kamera yang tadi dia pinjam pada Dika. Pemandangan depan mereka membuat Raya takjub. Gunung menjulang berwarna hijau kekuningan tersorot cahaya matahari yang perlahan turun. Dari ketinggian jalan terlihat kota Bandung yang terhampar di sebelah kiri jalan. Cahaya lampu mulai bersinar seperti bintang-bintang kecil tak beraturan. Dia memang sengaja meminjam kamera itu untuk mengabadikan pemandangan ini. Raya meminta Juna untuk meminggirkan motor dan berhenti sejenak. Dia abadikan moment itu. Gundukan gunung di depan mereka, pemandangan kota yang terlihat seperti karpet berhias permata-permata berkilauan. Omen meminta Raya untuk mengambil fotonya. Buat narsis dan nantinya dipajang di fb dan twitter, atau sekedar membuat sebuah blog tentang petualangan mereka kali ini. Apapun itu judulnya tetep Omen si narsis.

Semua berdecak kagum akan keindahan ini. Raya memejamkan mata, menghirup udara yang begitu menyejukkan. Juna yang berdiri di sampingnya kagum akan sosok didepannya. Dia mengabadikan moment saat Raya terpejam dan menghirup udara. Siluet indah nampak di hasil jepretannya. Raya yang membiarkan rambutnya tergerai tertiup angin menghasilkan gambar yang begitu bermakna untuk Juna. Sebuah pengharapan ada di depan Juna. Mengharapkan bersama lagi dengan Raya, menikmati masa-masa kuliah yang penuh dengan tugas, ujian dan kegilaan. meski hanya menjadi sahabat, itu yang Juna rindukan. Bersama Raya dan teman-teman gilanya ini. Sebelum adzan maghrib mereka melanjutkan perjalanan. Mereka pasti tidak akan pernah lupa dengan moment indah ini. perjalanan ini akan menjadi memori berharga untuk mereka di masa tua. Meski singkat tapi kebersamaan itu begitu berarti.

                                                                     ******

Menjelang malam mereka sampai di kampus, beristirahat sejenak dan makan malam mereka baru pulang. Omen dan Erik numpang tidur di kostan Dedi, mereka kelelahan. Satria dan Dian pulang bareng, dan juga Dika. Juna sendiri harus bertanggungjawab mengantarkan Raya pulang. Karna sudah malam dan rumah Raya yang jauh. Dia ga bakal tega biarin Raya naek angkot, dan tertidur lalu dibawa entah kemana oleh supir angkot (sinetron banget :p). Setelah pamit mereka membubarkan diri (Balik kanan bubaaaar...Jalan!!. Untungnya selasa mereka tidak ada jadwal kuliah. Jadi bisa beristirahat full seharian.

*Rumah Raya
Sepanjang perjalanan Raya tertidur diboncengan Juna. Kelelahan karna pecicilan di kolam tadi. Juna tidak begitu lelah dan memang dia sudah terbiasa dengan perjalanan jauh. Sampai di rumah Raya sekitar jam setengah delapan malam.
"Ray, sampe" Juna membangunkan Raya saat sampai di depan rumahnya.
Mengumpulkan nyawa "Ko cepet banget sech, lu ngebut ya"
"Lu yang tidur kuya...hahahah"
"Hehehe...untung ga ngiler :p"
"Ikh...bau ntar jaket guwe"
"Yah..lumayan lah parfum baru lu hahahah"
"Assalamualaikum" mereka berdua memasuki rumah Raya yang sederhana dan mungil, tapi nampak tenang. Orangtua Raya sudah sangat kenal dengan Juna. Jadi wajar kalo Juna sudah sangat akrab dengan keluarga Raya. Juna menyapa orangtua dan adiknya Raya, kemudian duduk di ruang tv ikut menonton dengan ayah Raya dan adiknya. Raya meleos ke kamar, sementara ibunya membuatkan minuman untuk Juna. Mereka ngobrol akrab dan bercanda. Juna sangat dekat dengan adiknya Raya, mereka sering main game bareng.
"Juna, mandi dulu trus makan ya" ujar ibu Raya yang emang orangnya punya sifat cuek kaya Raya. Sifat Raya sepertinya turun dari ibunya heheheh.
"Ga usah bu, tadi dah makan ko dikampus"
"Eeeeehhh, udah makan dulu dikit, nanti sama Raya. Sekarang mandi dulu" ibunya Raya menyodorkan handuk kepada Juna.
"Cuci muka aja ya bu heheheh. Kan ntar nyampe rumah kotor lagi"
"Ya udah terserah yang penting makan dulu" ujar ibu Raya
Raya keluar dari kamarnya, "Khalakh kaya yang bakal mandi aja ntar di rumah. Eh, ga usah mandi juga deng kambing aja ga mandi mahal hahahaha" canda Raya
"Setuju...ga mandi mandi juga tetep laku kan" ucap Juna
"Jorok..!!" ungkap ibunya Raya
"Eh, si Juna ga boleh mandi mah, itu pantangan dari mbahnya hahahah" ujar Raya
"Emang mas Juna pasang susuk ya" ujar adik Raya yang sedang duduk di karpet nonton tv
"Eeeeh..jangan gitu, kasian nak Juna disindir aja" ujar ayahnya Raya bijak. "Jun, udah ga usah mandi juga tetep cakep ko" ayah Raya memuji. Otomatis Juna sumringah karna dibela sesama laki-laki dewasa.
"Ouwh betul banget itu pa" senyum bangga Juna mengembang
"Tapi ko tetep jomblo ya hahahahah" canda ayah Raya yang membuat Juna tertunduk lemas karna setelah dipuji dia dibantingkan begitu saja
"Hahahahahah" semua tertawa.

Setelah selesai cuci muka, sholat dan makan Juna pun pamitan pada keluarga Raya. Ibu Raya menyarankan agar Juna menginap, tapi Juna menolak karna ga enak dengan tetangga. Seperti biasa, ibu Raya yang super 'riweuh' membungkus beberapa makanan dan sayuran untuk Juna bawa. Ga lupa strawberry yang ditanam di halaman rumah pun disuruh petik untuk dibawa Juna pulang. Juna ga bisa menolak (karna dia paling suka kalo dibawain oleh-oleh dari rumah Raya), yah lumayan gratisan haha. "Akh..ibu repot-repot dech sembari tangannya terampil memetik strawberry yang Raya sayang-sayang itu".
"Heh..kebo, besok-besok bantuin disini aja kalo gtu. Tangan lu cekatan banget metikin Strawberry guwe" ledek Raya
"Bantuin abisin" ujar adik Raya "Hahahah"
"Bener nech??" senyum Juna mengembang
"Ya kesini aja kalo mau mah" ujar ibu Raya
"Jangaaaaaaaaan...!!!" bantah Raya
"Eits tidak bisa...acc dari ibu ketua. Kroco nothing" ujar Juna bercanda
"Waseeeeemm..." cibir Raya sambil tersenyum

Setelah berhasil merampok rumah Raya, Juna pamit pulang. Motornya cukup penuh dengan oleh-oleh dari rumah Raya. Rumahnya ga terlalu jauh dari Rumah Raya. Hanya beda komplek, dan mereka sudah lama akrab.Dan orangtuanya pasti bakal seneng dia bawa oleh-oleh, dengan alibi bawa dari garut. Dasar ga modal. :p

tu bi continyu sodarah...


Eksperimental Love Part IV



0 komentar:

Posting Komentar