Mari qta lanjutkan di tekape
***
Semester 7 adalah masa-masa sibuk untuk Raya dan teman-teman sekelasnya. Magang di perusahaan untuk tugas kuliah, mencari bahan untuk skripsi dan setumpuk tugas yang tidak tahu sopan santun ngebrondong gitu aja. Raya memilih untuk magang sendiri karna ingin belajar untuk menghadapi skripsi nantinya. Jadwal kuliah yang tidak terlalu padat membuat Raya punya banyak waktu. Raya magang 1 minggu hanya 2 hari, kuliah tinggal 14 sks lagi, tapi
tugas masih numpuk. Di sela-sela waktu luangnya Raya mulai ingin
melakukan aktivitas lain selain kuliah, magang atau nongkrong dan
latihan band dengan temannya. Raya memang tidak pandai bermusik, tapi dia paling suka kalo udah bermain bersama gitar kesayangannya. Main band dengan teman-temannya sech cuman iseng, tapi niat Raya belajar musik ga main-main. Dia kumpulin uang sakunya hanya untuk membeli gitar. Obsesi artis hahahah.
*Braga sore hari
Raya dan teman-teman ajaibnya memutuskan untuk berjalan-jalan sore di sekitaran jl. Braga. Di sepanjang jalan mulai dari gedung merdeka, Raya melihat beberapa anak manusia (masa iya anak kodok) sedang mengabadikan diri di jalan penuh sejarah di Bandung ini. Keinginan Raya untuk mendalami fotografi makin kuat. Dia bertekad ingin membeli kamera sendiri dengan uang dia sendiri. Tapi harga kamera yang mahal rasanya tidak mungkin kalau dia hanya mengandalkan tabungan dari uang jajannya.
"Oi Ray, ko ngelamun??" tanya Juna yang memerhatikan Raya dari kaca spion motornya
"Aku ngidam jun xixixixi"
"Hah..Anak sapa..??"
"Anak kebo" pletaaaaaaaak. Raya menjitak helm Juna
"Emang kamu bisa branak ya :p"
"Bisa, aku muntahin keluar anak. Hahahha"
"Ngaco gkgkgkgkgk"
"Lu juga bego, blum beres aku ngomong"
"Ngidam apaan??"
"D70 keren kayanya hehehe"
"Bandel tuh, harganya juga lumayan hehe. Cari aja yang second"
"Tapi tabungan aku mana cukup keboooo.."
"Hmmm...iya juga ya"
"Huuuuuuuuh..." Raya mendesah sambil manyun
"Eh, kenapa ga coba part time aja, kan sekarang dah ngkost tuh"
"Dimana..??"
"Tempat si Dika aja. Gimana..??"
"Ide bagus tuh...otak lu kadang bner juga jun hahahah"
"Emang biasanya ga bner..??"
"Bukan biasanya, tapi tiap saat :p"
"Atau qta maen di kafe-kafe. Yah, sekalian uji nyali"
"Lu kira dunia lain hahahah"
"Berani ga..??"
"Berani. Tapi tugas masih numpuk nech"
"Ya tiap sabtu aja kita maennya"
"Okeh obrolin ma yang laen"
Mereka (Raya, Juna, Omen, Dika, Dedi dan Erik) merapatkan barisan di jalan braga. 2 orang lagi Dian dan Satria bercinta entah kemana, maklum malam minggu. Mereka mah kan jomblo ceritanya, mereka..?? eh, Dika ma Erik enggak deng. Cuman mereka berdua lagi pengen bareng temen-temennya. Padahal jauh di sana pacar mereka sibuk menghubungi :p.
*Rumah Dika sabtu siang
"Ay, jemput aq ditempat mami ya"
"Ga bisa, hari ini ada bimbingan Kerja Praktek (magang)"
"Emang sampe sore??"
"Lha wong dosennya adanya sore"
"Yaaaaahh, ga malam mingguan lagi dong qta"
"Heheheh..iya, kamu ngerti kan??"
"Ngerti sech tapi...."
Dika lagi males jalan sama Siska, mulai jenuh dengan rutinintas dan kebiasaan pacaran mereka yang monoton. Jalan, nonton, makan bareng, ngobrol teras rumah. Dika mulai suntuk dengan pacaran yang gitu-gitu aja. Dika itu dewasa, bahkan di masa orang lain asyik pacaran dia sibuk menata masa depan bersama siska. Sementara Siska yang manja, seneng jalan-jalan, shopping, ke mall, hang out sama temen-temennya. Dika bosan, bukan dengan siskanya tapi dengan rutinintasnya. Kebanyakan sifat laki-laki seperti itu, jika sedang ada masalah dengan pacarnya mereka selalu lebih memilih pergi bersama teman-temannya, termasuk Dika. Sore itu, untuk memperkuat alibinya Dika ngajak temen-temennya jalan. Karena dia yang ngajak tentunya secara inisiatif dia yang harus nraktir teman-temannya yang kekurangan gizi itu hahahah.
*Erik
"Say, sore ini aku mau jalan-jalan sama temen-temen aku. Kalo ada kamu pasti lebih seru ya :)" isi sms Erik pada pacarnya Andin
"Aku juga nanti ada gathering say, coba kamu di sini qta bisa makan coklat bareng ^_^"
"Miss you"
"Miss you too"
"Hati-hati ya jauh dari aku, jaga kesehatan"
"Kamu juga ya say, jangan bandel :p"
"Ga lah, paling nakal dikit xixixixi"
"Dasar...Hehehe.."
Erik selalu mengabari pacarnya yang ada di luar kota karna tuntutan kerjaannya. Andin itu kerja di travel, hampir setiap minggu dia keluar kota untuk mengantar para pengguna jasa travelnya. Seperti saat ini, dia sedang ada di Surabaya dalam perjalanan menuju Bali & Lombok. Alhasil mereka harus menjalani hubungan long distance. Erik dan Andin itu berbeda usia 3 tahun, Andin lebih tua dari Erik. Temen-temannya bilang Erik itu kena sindrom Odiphus complex, kecenderungan menyukai lawan jenis yang lebih tua. Menurut Erik, perempuan dewasa itu lebih menyenangkan. Ga rewel, ga manja, ga bikin susah dan bikin nyaman (apalagi kalo masalah duit :p) hahahahah. Tapi Erik ini jaimnya gila-gilaan, dia paling ga mau kalo jalan Andin yang keluar duit, sekalipun andin udah kerja tapi pantang buat Erik cewe yang bayarin. Padahal dia bela-belain ngutang sama Dika atau yang lain hahahah.
Pesan penulis : Makanya buat para cewe terutama ababil jangan nuntut sama cowo, liat donk pengorbanan cowo. Mereka bela-belain ga jajan demi membeli 1 tangkai mawar di hari anniversary kalian. Beliin hadiah di hari ulang tahun kamu, bikin kejutan, mikirin banyak hal demi kalian bahagia. Hargain perjuangan mereka ^_^v
I don't care if Monday's blue
Tuesday's gray and Wednesday too
Thursday I don't care about you
It's Friday, I'm in love
Monday you can fall apart
Tuesday, Wednesday break my heart
Oh, Thursday doesn't even start
It's Friday I'm in love
Saturday, wait
And Sunday always comes too late
But Friday, never hesitate...
I don't care if Mondays black
Tuesday, Wednesday - heart attack
Thursday, never looking back
It's Friday, I'm in love
Tuesday's gray and Wednesday too
Thursday I don't care about you
It's Friday, I'm in love
Monday you can fall apart
Tuesday, Wednesday break my heart
Oh, Thursday doesn't even start
It's Friday I'm in love
Saturday, wait
And Sunday always comes too late
But Friday, never hesitate...
I don't care if Mondays black
Tuesday, Wednesday - heart attack
Thursday, never looking back
It's Friday, I'm in love
Alunan lagu The Cure - Friday i'm in love menggema di pelataran teras cafe di jalan braga itu. Keenam sahabat ini menikmati musik dan lagu yang dibawakan oleh home band cafe itu. Erik bergumam sambil kaki dan tangannya bergerak seperti memainkan drum. Erik pemain drum di band mereka. Mereka menikmati suasana malam minggu saat itu. Duduk di pinggir trotoar dengan amunisi jarahan mereka. Kopi hangat dan coklat kesukaan Raya.
"Dik, aku mu bilang sesuatu nech" ungkap Raya membuyarkan lamunan teman-temannya
"Sorry Ray, kamu kan tau aku g suka cowo" tandas Dika becanda
"Gitu ya...patah hati donk" jawab Raya
"bwuahahahahah...mahoooooo" teman-teman yang lain tertawa seketika
"Suraaaaaaaaam...bukan gitu dodol, serius nech" jawab Raya
"Kenapa...kenapa...??" tanya Dika sambil menahan tawa
"Hmmmm...itu...anu...anu mu eh" Raya ngoceh dan tiba-tiba Juna menjitak kepala Raya "Aaaaaww...sabar hehehe. Gini Dik, tempat kamu ada butuh orang baru g??"
"Ga eung, knpa..??"
"Lagi butuh duit xixixi"
"Si Raya lagi ngidam dik, jadi dia butuh duit banyak. Dia kan ditingalin suaminya" celetuk Juna
"Iya Dik, aku butuh duit untuk membesarkan anak aku sendiri" pasang wajah sedih sambil nunduk "Gila akh, enggak lagi butuh duit az, bisa ga..??"
"Nikah sama aku weh, ntar aku biayain Ray" ujar Dedi semangat
"Ogah, ntar aku disuruh ngojeg pula hahahaha"
"Tau az kamuh mah euy hahahahah"
"Eh serius nech. Kamu butuh uang buat apa Ray..??" tanya Dika
"Ada barang yang mau aku beli, tabungan aku ga cukup. Bisa usahain ga..??pleeeeaaaaasee" Raya memelas
"Tapi paling jaga di warung mau..??"
"Ga apa dik, yang penting dapet duit" Raya unjuk gigi dengan senyum 3 jari :D
"Ya udah kapan kamu siap..?"
"Senin ya...okeh..."
"Okeh, datang az ke warung senin ya"
"Tapi part time kan..?? kan sibuk magang juga aku, paling senin, rabu, sama jum'at. Boleh"
"okeeeeeh siip...tapi siap capek ya"
"Dengan senang hati sodarah hahahahah"
"Oia, manggung gmna Ray.?? Juna angkat bicara
"xixixi...kalian mau ga??" tanya Raya sama temen-temen yang lain
"Ari aku mah ga masalah sech, tapi kan qta teh banyak tugas Ray" jawab Dedi
"Tugas gampang, ada Raya hahahha" jawab Juna
"Setujuh..." jawab Erik dengan semangat
"Okeh..okeh aja aku sech" Dika menambahkan
"Men, gmna lu..??" tanya Juna
"Guwe sech asyek-asyek az, selama tugas ada yang kerjain hahahah"
"Beeuuuuhh..penindasan, dah tau temen lagi susah, eh ditambahin pula KEJAAAAAAM. oke dah deal ya"
"Deaaaaal...!!!" semua kompak menjawab
"Dika bagian lu yang cari info buat manggung" ujar Juna
"Hokeeeeeeeh...Let's Rock bradeeeeeeh"
"Hahahahahah" semua tertawa memecah kebisingan malam minggu itu. Nongkrong mereka kali ini berbuah hasil. Ga seperti biasanya yang cuman menghabiskan waktu ga jelas. Becanda kesana-kemari ga ada mutu :p
"Bentar..ded, lu kan vocalis cadangan hahaha" canda Juna
"Hasyeeeeem akh, pundung siah" Dedi kecewa dengan pernyataan Juna
"Tenang men, ntar kamu memantau aja bareng aku, gimana hasil didikan qta selama ini hahah" rayu Dika pada Dedi yang tertunduk kecewa.
"Kaleum donk ded, kamu kan tetep vocalis qta" Raya ikut merayu Dedi dan mereka semua tertawa geli dengan aksi Dedi yang manja.
Setelah semalaman mereka refreshing (diperhalus biar agak keren hahaha), mereka kembali ke dunianya masing-masing. Mempersiapkan diri untuk keputusan tadi. Sabtu depan mereka mulai dengan tujuan mereka. Sebuah pencapaian dari usaha mereka. Meski hanya sekedar menyalurkan hobi, tapi mereka fokus dengan tujuan itu.
Hari senin ini Raya mulai kerja part time ditempat Dika. Temen-temen band Raya juga latihan di rumah Dika, tempat biasa mereka latihan. Paviliun belakang rumah Dika dibuat studio band kecil, disamping terlihat jelas menuju kolam renang yang kecil tapi tampak nyaman. Taman di belakang juga menambah kesejukan. Kenyaman rumah Dika ini selalu bikin teman-temannya itu betah. Warung tempat Raya kerja itu sebelahan dengan rumah Dika. Sepulang kerja Raya dan teman-temannya harus latihan. Persiapan buat mereka manggung sabtu ini di cafe temannya Dika di daerah Riau.
*Senin sore paviliun rumah Dika
Setiap hari selama 2 jam mereka latihan, Raya itu suaranya emang pas-pasan tapi cukup enak buat didengerin saat gundah gulana hahahah. Dedi selalu jadi vocalis, Raya sech megang gitar dan jadi backing vocal. Latihan hari ini mereka mulai dengan lagunya Incubus - I miss you versi mereka, tapi ga ngubah musiknya. Cuman butuh improve-improve dikit, semuanya mereka susun dengan bener-bener rapih. Checksound, nyetem gitar dan tes vocal mereka lakukan seperti biasa. Saat semua siap mereka mulai, dan yah suara merdu dari Dedi menggema di paviliun itu. Dia benar-benar menghayati setiap lagu yang dia bawain. Harmonisasi dari permainan teman-temannya membuat Dedi benar-benar terhanyut dalam lagu yang dia nyanyikan. Erik beraksi bak pemain drum profesional. Juna asyik memainkan bassnya, Raya sendiri asyik dengan gitar kesayangannya. Dika memainkan keyboardnya penuh penghayatan. Biasanya yang main gitar itu Omen, cuman Omen lebih suka musik underground. Kalo giliran musik pop rock Raya yang ambil alih. Seperti sekarang, Omen lebih memilih untuk jadi operator dan merekam latihan saat itu. Semua have fun dengan musiknya, semua benar-benar bisa jadi diri sendiri saat bermain musik.
2 jam berlalu, 4 lagu sudah mereka mainkan dengan hasil yang ga begitu buruk. Masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki, terutama Raya, dia sering lost saat melodi harus dia mainkan. Maklum nyubi hahaha. Mereka mengakhiri latihan hari itu, Raya membawa gitar akustiknya dan duduk di pinggir kolam renang (kalo didalem nyebur dong :p). Dia duduk sekenanya, menyandar pada dinding rumah Dika yang nyaman itu. Mulai memetik gitar dengan lagu Hilang dari Garasi, lagu favorit dia. Sementara teman-teman yang lain sibuk membongkar kulkas dan makanan di atas meja makan rumah Dika. Itu sech udah biasa, maklum anak rantau hahaha butuh perbaikan gizi. Saat sedang asyik memetik gitar tiba-tiba nyeeees, rasa dingin terasa di punduk Raya. Seketika nengok, Juna dengan senyum kuda sedang menempelkan sebotol air minum di punduk Raya. Raya bergidik geli dan dingin.
"Dasar kebo, geli dodol"
"Keren tuh, petikan lu udah enakan sekarang mo"
"Masih kaku Jun, palagi tadi pas mau masuk reff ngagok hahahaha"
"Butuh banyak latihan, ntar juga biasa. Makanya tangan tuh dilatih jangan dibiarin"
"Sering ko aku latihan"
"Latihan apa, mana buktinya"
"Latihan maen gitar lah. Nech.." Raya menggelitik Juna yang emang gelian.
"Oi..oi..geli mo, udah...udah.." Juna berontak dengan aksi kelitikan Raya
"Ini juga kan latihan melenturkan jari-jari kebo" jawab Raya mencari pembenaran
"Iya kagak gtu caranya ontaaaaaaaaaa...!!!" Juna memegang tangan Raya keras
"Hahahahah...ampun..ampun sakit sakit. Iya udah " pinta Raya kesakitan tangannya dicengkram erat oleh Juna yang berontak karna dikitikin Raya.
Tiba-tiba suasana langsung bising dengan kedatangan 4 makhluk lain mendekati mereka. "Sssssst...brantem aja, nech makan dulu. Jangan rebutan, kaya ayam aja" Omen menyodorkan keler besar berisi makanan ringan pedas kesukaan Raya.
"Asyeeeeeeeekk.." raya dan Juna cepat tanggap mengambil makanan itu, seketika teralihkan oleh makanan. Tangan mereka masuk ke dalam keler berbarengan. Pada ga mau kalah mereka berdua mengambil cemilan itu, sampe-sampe ga bisa keluar karna susah dengan tangan yang menggenggam cemilan.
"Juna, aku dulu donk" ucap Raya
"Enak aja ga bisa, guwa duluan" tandas Juna ga mau kalah
"Eeeeeh...dasar kebo"
"Diem, anak kecil ngalah donk" mereka berantem pada ga mau ngalah. Tangan mereka bertempur di dalam keler itu, membuat teman-teman yang lain ketawa geli liat tingkah 2 anak manusia itu. Kaya anak kecil yang ga makan seminggu lagi rebutan makanan. Plaaaak.."Pamali, rebutin makan gtu teh eh" Dedi melerai mereka dan menggeplak tangan Juna. Juna ngalah, ngeluarin tangannya duluan dan membiarkan Raya mengambil cemilan itu.
"Gitu donk, ngalah ke sama makhluk lemah, cantik dan anggun ini" ungkap Raya meledek puas pada Juna
"Hahahahah...lemah??cantik??anggun??apanya Ray" Omen mengoceh dengan ungkapan raya tadi.
"Ho.oh, gagah perkasa gtu di bilang lemah dari mananya" Erik menambahkan
"Biarin weee..." Raya membalikkan badan membelakangi mereka sambil memeluk keler itu
"Eh dasar, tuh makanan kesiniin donk" Juna merebut cemilan itu dari belakang. Waktu seolah terhenti beberapa detik, (degdeg...degdeg...) jantung Raya dan Juna berdetak kencang. Seketika mereka tersadar kalo posisi mereka ada yang salah (kaya sinetron aja haha).
"Iiiikkh..." Raya berontak membuat Juna terpelanting jatuh
"hahahahah...wanita lemah tak berdaya itu bisa menjatuhkan seorang pria " Omen komentar
"Bwuahahahahah" semua tertawa liat Juna yang jatuh terjungkal d.lantai sambil nyengir kuda. Juna terpaku dengan moment yang baru saja terjadi. Raya pun sontak kaget karna kejadian beberapa detik itu membuat dirinya grogi. Kejadian beberapa detik tadi memang sungguh diluar kebiasaan. Tanpa sadar Juna memeluk Raya dari belakang karna ingin merebut makanan yang Raya bawa. Raya dan Juna melamun sesaat akan kejadian tadi. Tapi mereka berusaha tidak berpersespsi sendiri. Kejadian yang membuat Juna berdebar begitu keras, Raya juga merasakan hal yang sama.
Seolah tidak pernah terjadi apapun mereka kembali larut dalam canda tawa temannya. Mereka asyik menghabiskan stok makanan di rumah Dika setelah kelelahan latihan. Orang tua Dika jarang ada di rumah, biasanya menjaga warung makan milik keluarganya. Warung makan itu cukup unik dengan sajian menu yang benar-benar sunda.
"Ray, gmna kerjaan hari ini" tanya Dika
"Lumayan lah cape hehehehe, Pagi-pagi tadi rame yang sarapan tuh orang-orang yang mau ngantor"
"Eh, maenin lagi lagu tadi Ray. Enakeun" pinta Dedi
"Kamu kan lebih jago Ded, kamu aja. Ntar aq yang nyanyi"
"Ga akh, sayah aja yang nyanyi. Kan pokalis ateuh"
"Peuh bukan veuh hahahaha" tandas Raya mendengar cengkok Dedi yang sunda
"Lu ko kalo nyanyi ga nyunda sech, kan lucu kalo di improve versi sunda Ded" Juna ambil suara
"Ga akh malu, busing bagus"
"Weeeeks...ngeriiiii hahahahah" jawab Juna, disambut tawa semua
Dan aku menangis
Dan aku terluka bila...oouw
Dan aku menangis
Dan aku terluka bila,
Dan aku terluka bila,
Kau menghilang
Raya memetik gitar dan bernyanyi lagu Hilang. Lantunan suara Raya membuat kelima temannya itu terbawa dalam lantunan lagu itu. Terutama Juna yang kembali mengingat kejadian yang baru saja terjadi pada mereka berdua. Suara Raya yang sedikit serak membuat Juna benar-benar melayang. Kembali berharap pada saat-saat indah mereka berdua dulu.
Kau pergi dari ku
Tinggalkan ku
Lewati malam tanpa kasihmu
Kurangkai kata, kurangkai nada
Yang ku inginkan hanyalah cinta
Kurangkai kata, kurangkai nada
Yang ku inginkan hanyalah cinta
Dan semua menghilang...dan semua menghilang...dan semua menghilang oowh
Semua bernyanyi mengikuti petikan gitar Raya. Saling tersenyum menatap satu sama lain. Raya menatap wajah seseorang yang sedang memerhatikan dia dan tersenyum. Juna selalu begitu, mengagumi sosok seseorang depan matanya. Raya menatap semua sahabatnya saat itu dalam, semakin dalam dan larut dalam lagu yang sedang dia mainkan. Moment yang indah bersama sahabat-sahabat Raya yang bakal dia rindukan suatu saat nanti. Raya berhenti memetik gitar. Menyodorkan gitar pada teman-temannya.
"Sapa mau maen?? qta maen tebak lagu"
"Guwa dulu" Juna mengambil gitar dan mulai menyanyikan satu lagu, kunci E dia mainkan. Petikan gitar yang lembut mengalun membuat kelima temannya berfikir.
"........." semua terdiam befikir
"Shandy Canester - Be my lady" jawab Raya yang hafal betul lagu tersebut karna itu lagu kesukaan Juna. Setiap dia jatuh cinta pasti lagu itu yang dia mainkan.
"Exactly...(sambil mengacungkan jempolnya)" jawab Juna
Be my lady, be the one
And good things will come to our heart
You’re my lady, you’re my one
Give me chance to show you love
And good things will come to our heart
You’re my lady, you’re my one
Give me chance to show you love
Semua kembali menyanyikan lagu tersebut dengan petikan gitar Juna.
"Next..." Juna menyodorkan gitar kepada teman-temannya. Omen kali ini mengambil alih gitar itu dan mulai memainkan gitar, dan seperti biasa suara musik poprock terlantun dari gitar yang dimainkan Omen. Semua terdiam berfikir, mencoba meraba permainan gitar Omen dan mencari jawaban.
"Simple Plan - Perfect" jawab Dedi dan Raya berbarengan.
Cause we lost it all
And nothin' lasts forever
I'm sorry I can't be perfect
Now it's just too late
And we can't go back
I'm sorry I can't be perfect
And nothin' lasts forever
I'm sorry I can't be perfect
Now it's just too late
And we can't go back
I'm sorry I can't be perfect
Keenam makhluk ini terhanyut dalam lantunan lagu Simple Plan - Perfect yang Omen mainkan. Yah, ini lagu wajib buat mereka. Sebuah lagu yang mereka tujukan untuk orang tua yang mungkin sering mereka buat kesal. Kecintaan kepada pengorbanan seorang ayah yang senantiasa mencintai dan menyayangi anaknya. Meski anaknya nakal, bandel, ga nurut tapi kasih sayang seorang ayah tetap tidak pernah terhenti. Seketika mereka tersenyum, mengingat pengorbanan orang tua mereka. Terutama Raya, ayah Raya yang begitu sayang pada anak perempuan nakalnya itu. Raya yang bandel, sering mengecewakan orang tuanya. Keinginan orang tuanya yang mungkin belum bisa dia kabulkan. Bagaimana pengorbanan ayahnya yang kerja keras hanya untuk membuat anaknya sekolah sampai perguruan tinggi. Mengingat perjuangan ayahnya saat sekolah dulu. Berjalan sendiri ditengah hutan hanya untuk memperjuangkan haknya untuk mendapat pendidikan di sekolah. Hutan yang gelap, seram, mencekam dan kaki kecilnya melangkah tanpa alas kaki. Berjuang sendiri di tengah dinginnya pagi saat itu, gelapnya hutan jati di sela-sela pegunungan batu di desanya. Raya selalu ingat cerita ayahnya yang bekerja keras, berjuang sampai lulus SMP dengan kerja keras sendiri tanpa dukungan dari orang tuanya. Ayahnya yang paham betul bagaimana mencintai anaknya.
Ayahnya hanya menginginkan satu hal pada Raya "Kamu harus mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya, ayahmu dulu kurang beruntung dan hanya bisa berusaha sampai sini. Kamu yang harus melanjutkannya. Mimpi mu harus kamu raih dan kamu usahakan". Kata-kata itu selalu terngiang di telinga Raya, itu yang membuat dia semangat. Hanya untuk membuat orang tuanya bahagia dan bangga. Setiap anak mungkin ingin membalas kasih sayang orang tuanya, tapi sejauh apa kita bisa membalas semuanya??. Cukup dengan menjadi seorang anak yang soleh itu sudah membahagiakan orang tua kita. Kasih sayang mereka tidak akan pernah terbalas oleh apapun. Tiap orang tua hanya menginginkan anaknya bahagia, itu sudah cukup untuk membahagiakan mereka. Meski kadang kita tidak pernah mengerti cara orang tua kita menyayangi kita. Marahnya orang tua karena kenakalan kita itu karena mereka sayang, tapi kita yang tidak mengerti caranya. Dan hanya berfikir saat itu orang tua kita menyalahkan kita karna kesalahan yang kita buat.
Teman-teman Raya yang lain pun merasakan hal yang sama. Lagu Perfect ini punya makna tersendiri buat semuanya. Juna, Omen, Erik, Dika dan Dedi yang kita semua yakin mereka sayang sama orang tuanya. Meski dengan cara mereka sendiri. Pasti ada kekecewaan dalam setiap diri manusia, termasuk kekecewaan seorang anak terhadap orang tuanya. Seperti yang Juna rasakan, dia kecewa karena perpisahan orang tuanya. Tapi orang tua Juna akan tetap selalu sayang pada anaknya. Meski berpisah Juna masih tetap mempunyai orang tua yang utuh. Mantan pacar atau mantan istri mungkin ada, tapi mantan ayah atau anak??itu ga mungkin.
Kawan, sayangilah orang tua kalian. Hanya mereka yang benar-benar tulus menyayangi kalian sampai kapan pun. Mereka yang menguatkan kita, mereka yang berjuang demi kita, mereka yang rela berkorban demi kita. :)
Raya mendekat pada teman-temannya, merangkul semua temannya itu. "Guys, suatu saat nanti kita mungkin bakal susah dapet moment kaya sekarang. Sampai saat itu datang, kalian tetap teman-teman terbaik aku. Teman gila yang ga akan pernah ada gantinya he... Aku seneng bisa kenal kalian. Luv u guys". Mereka semua terhanyut dengan moment saat itu. Dengan pernyataan Raya, dan dengan persahabatan mereka. Mereka sadar, suatu saat jika mereka sudah sibuk dengan urusan masing-masing pasti akan susah untuk menikmati kebersamaan seperti saat ini.
"Dasar Raya gelo, ceurik urang yeuh akh" [Dasar Raya gila, nangis nech aku] Dedi berucap menjawab pernyataan Raya.
"Guwe bakal kangeun kalian semua ntar" ucap Juna
"Aku juga..." tambah Dika
"So pasti brow.." ucap Omen
"Aaaaakh...apalagi guwe" ujar Erik dengan nada agak sedikit teriak, membuat kelima temannya mengernyit karena berisik. Terutama Dedi yang duduk bersebelahan dengan Erik.
"Eeeeeuuuhh...cing ateuh. Kita kan lagi menikmati keheningan dodol" protes Dedi
"Sorry...sorry ded. Okeh...Brow, jangan lupa sama aku ya"
"Never..." Raya menjawab dan membuat rangkulan mereka semakin erat. Persahabatn mereka tidak akan terpisah oleh waktu. "Sekalipun kita dah mencar nantinya, luangin waktu kalian buat nikmatin moment kaya gini lagi ya...Pleaaasee, aku bakal kangeun, sangat sangat kangeun kalian"
"Siaaaaaaaaap.." semua menjawab dengan penuh emosi. Kebersamaan yang akan mereka rindukan nantinya. Mereka melepas rangkulan satu sama lain.
"Akh ada yang kurang nech, 2 monyet ga dateng" ucap Juna
"Kemana sech sih Dian sama Satria??" tanya Raya
"Kan KP ampe jam 5" jawab Dika
"Ini kan dah jam 5 lebih, ko blum ke sini??jadi dateng g mereka" Raya kembali bertanya
"Jadi ko, tadi sms aku" jawab Dika
"Mikum..." suara Satria dan Dian membuat keenam sahabat ini menoleh ke dalam rumah. Satria dan Dian baru datang dan berjalan menuju kolam renang tempat teman-temannya berkumpul.
"Wew...ngapain kalian, kaya teletubbies aja" tanya Satria heran dengan kejadian yang sedang dia lihat
"Saatnya tubbi berpisah..." jawab Omen
"Hahahahah...telat akh kalian" ucap Dika
"Ada apaan sech??" Dian heran dengan tingkah teman-temannya
"Qta lagi kangeun-kangeunan nech" jawab Erik
"Lha...emang mau pada kemana gitu??" Dian kembali bertanya, masih heran.
"Sini...sini...gabung" pinta Raya pada Satria dan Dian. Mereka mendekat dan ikut duduk di pinggir kolam bareng.
"Suatu saat kan kita bakal lulus, kerja dan nikah. Ntar kita misah, sibuk dengan aktivitas masing-masing kan??" Raya menjelaskan
"Hoo.oh.." jawab Dian polos dan heran
"Nah...ntar qta bakal susah buat kumpul kaya gini lagi. Jadi mumpung bisa, qta nikmatin moment berharga kaya gini" Juna ikut menjelaskan
"Ooooo..." Satria dan Dian berbarengan
"Lebe ya qta hahahahah" Raya geli dengan kelakuan dirinya dan teman-temannya
"Sapa yang mulai coba??" Juna berkomentar
"Aku...hahahahah" Raya menjawab, dan seketika tawa mereka menggema di taman saat itu.
"Lanjut ga nech??mumpung lengkap" tanya Erik pada teman-temannya.
"Apanya yang dilanjut??lebe-lebeannya??" tanya Satria
"Bukan maennya. Tadi qta lagi maen tebak lagu, trus keburu si Raya melebe hahaha" jelas Erik
"Oouwh..lanjut lah" jawab Satria. Omen memainkan satu lagu lawas
"Tu wa...tu wa bangka" intro dari Omen yang langsung memainkan Reff lagu Sebuah Kisah Klasik
Sampai jumpa kawanku
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Sampai jumpa kawanku
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Sampai jumpa kawanku
Semoga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah
Karna hari ini yang akan kita rindukan
Di hari nanti...
Karna hari ini yang akan kita rindukan
Di hari nanti...
Mungkin diriku masih ingin bersama kalian
Mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian
Mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian
Semua bernyanyi sekeras-kerasnya. Meluapkan emosi saat itu ke dalam lagu. Tertawa bersama dan saling menatap dalam satu sama lain.
***
*Kamis Pagi hari
Kali ini tanpa jeans lusuhnya dan kaos oblong dia pergi ke tempat magangnya di daerah Taman Sari. (hah...dia ga pake baju gtu maksudnya??>,<) ya enggak gitu juga. Kan kalo ke perusahaan itu musti dandan rapih, pake celana bahan dan kemeja donk hehe. Raya magang di salah satu BUMN di bandung. Kesibukan baru untuk Raya, dan dia harus mulai fokus mengerjakan tugas KPnya itu sendirian. Untungnya dia dibantu oleh pembimbing dari perusahaan itu. Pembimbing yang cukup sabar dan telaten untuk Raya. Cukup 2 hari dalam seminggu Raya datang ke kantor itu. Mengambil data dan bimbingan, selebihnya dia kerjakan di rumah, eh kostan deng kan dia udah ngekost.
Dengan setumpuk arsip dia mulai menganalisa alur sistem dari perusahaan itu. Dia cukup mempelajari sistem inventory yang digunakan oleh perusahaan itu. Bulak-balik dia membaca setiap halaman dengan teliti. Sesekali dia bertanya langsung pada pembimbingnya di kantor tempat dia magang. Mulai sedikit ada pencerahan :D. Dia corat-coret alur data dari sistem, berfikir dan mulai mencoret kembali. Kebiasaan Raya, kalo lagi berfikir sesuatu, mulutnya pasti komat-kamit kaya orang baca mantra hahahaha. Tak jarang tangannya pun bergerak bebas kaya orang yang lagi persentasi. Bapak pembimbingnya yang sedang berdiri di meja sekretaris heran melihat tingkah Raya yang aneh. Beliau mendekati meja Raya.
"Dek Raya, apa ada kesulitan??" tanya bapa itu pada Raya yang sedang berfikir. Meja kerja Raya itu terhalang sekat, tapi kalo seseorang berdiri keliatan apa yang sedang dia lakukan.
"Eh..eeeuuuhhmm...enggak pa. Cuman lagi bikin flow chartnya dulu" jawab Raya sambil tersenyum
"Ouwh, kirain lagi pusing. Mulutnya ampe komat-kamit gitu hahaha" ujar si bapak bercanda pada Raya
"Heheheh...maklum pa kebiasaan" jawab Raya sekenanya
"Kebiasaan apa??baca mantra hahah" canda bapak itu
"Bukan pa, kebiasaan baca do'a eheheheh"
"Hahaha...bagus itu memulai pekerjaan dengan do'a. kalo ada yang ga ngerti tanya aja ya"
"Dengan senang hati saya bakal ganggu bapak buat bertanya pa xixixi"
"Dengan senang hati saya bakal ganggu bapak buat bertanya pa xixixi"
"Dengan berat hati saya bakal menjawab juga hahahah. Becanda" jawab bapak itu akrab.
"Makasih pa.."
"Makasih pa.."
"Saya tinggal ya, silahkan dilanjut komat-kamitnya hahaha"
"xixixix..iya pa"
Raya cukup nyaman dengan orang-orang di kantor itu yang kekeluargaan dan bersosialisasi. Terutama dengan Pa Agung, pembimbingnya itu. Suka bercanda dan supel. Usianya mungkin seumuran dengan ayahnya. Pa Agung ini adalah kepala IT di kantor itu, pembawaannya yang supel dan ramah membuat semua orang akrab dengan beliau. Bahkan dia mau bercanda dengan anak magang kaya Raya itu. Raya mulai beradaptasi dengan lingkungan kantor yang serba tertib dan teratur. Dia melanjutkan pekerjaannya tadi. Saat Raya fokus mengerjakan analisanya, tiba-tiba dia melihat sosok seseorang lewat di depan mejanya. Menuju ke ruangan Pa Agung. Sosok laki-laki berbadan tinggi, tegap, berkacamata dan cool mengenakan kemeja rapih yang pas dengan badannya. Usianya masih muda mungkin ga jauh di atas Raya. Raya kaget, heran dan seketika teringat akan sosok seperti itu. Sosok yang sangat familiar dalam ingatannya. Laki-laki itu meminta ijin pada sekretaris dan masuk ke ruangan Pa Agung. Raya menatap, matanya tertuju pada tubuh tegap laki-laki itu. Dalam hatinya mulai tumbuh tunas-tunas kelapa, eh kuncup-kuncup bunga.
Sosok laki-laki idaman wanita. Ku rasa ku tlah jatuh cinta, pada pandangan yang pertama, sulit bagiku untuk bisa berhenti mengagumi dirinya. Dalam hati Raya bernyanyi, bersama bunga-bunga yang bermekaran. Seketika dia sadar, "Aaaaahhh..enggak...ga boleh, fokus...fokus.." ucap Raya dalam hati. Raya kembali melanjutkan pekerjaannya, tetap dengan corat-coret di atas kertas putih. Dia menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal, bergumam sendiri dan berfikir keras. Bolpen yang dia pegang sesekali dia garukkan ke kepala, menghela nafas dan menyandar pada kursinya.
Saat Raya menunggu lift untuk turun, mas Galih keluar dari ruangan sepertinya mau makan siang. Mas Galih pun menunggu lift bareng Raya. Dalam lift benar-benar terasa sekali hening, tanpa percakapan antara mereka berdua. Raya bingung harus mulai membuka pembicaraan semacam apa. Benar-benar situasi yang ga bikin Raya nyaman.
"Makan siang mas" Raya membuka percakapan dengan pertanyaan yang ga butuh jawaban.
"Iya, Kamu pulang?" tanya mas Galih balik
"Iya mas" jawab Raya. Mas Galih hanya tersenyum pada Raya. Tiiiiiiing...suara lift membuyarkan keheningan. Sudah sampai di lobi kantor. Raya dan mas Galih berjalan menuju gerbang kantor tanpa ada pembicaraan lanjutan.
"Okeh, saya duluan ya" mas Galih pamit duluan saat sampai di tempat parkir
"Ouwh iya mas hati-hati, makasih banyak" jawab Raya, dan seperti biasa mas Galih hanya membalas dengan senyuman dan berlalu menuju tempat parkir motor.
0 komentar:
Posting Komentar