Kamis, 10 Mei 2012 | By: Udin shinta

Eksperimental Love Part V

Hayoh...hayoh...lanjut nech ya
check it out (tumben bener :p)

=========================================================

Satu bulan ini mungkin Raya punya banyak kesibukan dan aktivitas. Sampe orang tuanya protes karna dia udah jarang pulang ke rumah. Menyelesaikan KPnya, cari duit dan maen band sesekali, Raya hampir setiap hari pulang lebih malam. Setelah perform 2 minggu lalu di cafe temannya Dika, band mereka diminta manggung lagi. Tapi bukan ikut acara radio lagi, kali ini mereka diminta untuk mengisi oleh temannya Dika. Beberapa hari lalu Dika memberi kabar bahwa mereka diminta manggung di sana. Tentunya dengan bayaran, tapi dengan syarat mereka harus lolos tes dulu. Tesnya itu bukan psikotes atau tes kesehatan ya :p (dikira masuk PNS). Tapi mereka harus manggung setiap sabtu malam, mereka juga harus bisa membuat pengunjung nyaman. Lebih bagus bisa narik pengunjung hehe.

Waktu Raya untuk menyelesaikan tugas KPnya hanya tinggal 2 minggu kurang lagi. Sepertinya dia mulai keteteran dengan tugas kuliah, KP, latihan, part time tapi entah kenapa dia tetep aja semangat. Mungkin keinginannya untuk membeli kamera DSLR mengalahkan kelelahannya. Selain latihan, Raya mulai mengurangi nongkrong bareng temen-temennya. Mereka pun begitu, masing-masing sibuk dengan tugasnya. Seperti hari ini, Raya sedang terduduk di depan netbooknya. Sibuk menyelesaikan aplikasi yang harus dia buat. Kamar kostannya benar-benar seperti kapal pecah. Kertas coretan dan buku-buku bercecer di lantai. Otaknya mulai kelelahan berfikir, Raya berhenti sejenak. Menjatuhkan badannya ke kasur yang berserakan kertas hasil bimbingan. Raya menyalakan mp3 di netbook hitam kesayangannya yang dia kasih nama 'Om Hitam'. Lagu Kla Project - Yogyakarta mengalun lembut, membuat Raya teringat kampung halamannya. Seketika Raya kangeun dengan rumah nenek dan sodara-sodaranya di sana. 

Raya terpejam, kenangan-kenangan indah kembali bangkit dalam memori otaknya. Raya selalu ingat tangan neneknya yang memijat dia, saat dia mau tidur. Sodaranya yang selalu mengantar kemanapun dia ingin pergi jalan-jalan. Jalan beraspal di tengah-tengah gunung berbatu. Sepi, hangat dan begitu indah. Jalan hutan yang selalu dilalui oleh ayahnya dulu saat berangkat sekolah yang kini sudah beraspal. bau pohon jati di sepanjang jalan. Kabut yang tebal di setiap pagi. Gunung-gunung batu yang nampak kering kekurangan pasokan air. Tak jarang Raya meminta sodaranya untuk berhenti, dan megabadikan moment itu di kamera handphonenya. Raya selalu ingin berfoto duduk di tengah jalan. Dasar dugal (bandel), lagian mungkin karna jalanan menuju rumah kakek dari ayahnya itu sangat sepi. Raya tersenyum dalam lamunannya. Raya ingat dulu kelakuan nakal dia saat kecil. Saat dia bermain dengan sodaranya, anak dari kaka ibunya. Saat itu nenek Raya (ibu mamahnya) sedang panen padi. Di halaman rumah neneknya sedang dijemur padi. Teras rumahnya pun penuh dengan karung-karung jerami. Raya bermain di teras, di atas tumpukan karung itu bersama sodaranya yang masih berumur 5 tahun. Mereka berlarian naik turun tumpukan-tumpukan karung itu. Begitu polos Raya saat itu, tertawa, berlari sesuka hati dia. Neneknya pun tidak marah, karena itu kan cuman jerami kalo padi sech pasti dia disentil.

Tiba-tiba duuug!! sodaranya terjatuh dari tumpukan karung jerami itu. Kepalanya membentur ujung teras rumah nenek Raya. Berdarah dan sobek >,< ngeriiiii. Semua kaget dan panik. Kakanya langsung menggendongnya dan menutup luka sobek di kepalanya dengan handuk. Darah masih tetap keluar, merah dan banyak. Raya pucat, takut dan merasa bersalah. Budenya hanya berkata "Ga apa-apa, mas mu ga akan kenapa-kenapa ko" mencoba menenangkan Raya dan tidak memarahinya. Tapi Raya tetap merasa bersalah, karna dia yang ngajak sodaranya itu bermain. Akhirnya sodaranya itu pulang dengan 5 jaitan di kepala. Cukup besar memang lukanya. Raya menangis melihat sodaranya itu. (Bisa nangis juga hahai). Raya terlelap, tertidur di atas draft KPnya. 

***

Sore ini Raya harus pergi ke kampus, ada jadwal bimbingan bersama dosennya. Setelah menyelesaikan laporan bab III nya, Raya bergegas pergi ke kampus. Jam 4 sore Raya harus ketemu dengan dosen pembimbingnya. Teman-teman Raya yang lain pun sedang menunggu gilirannya untuk bimbingan. Dosen pembimbing Raya belum datang, dia menunggu di depan ruang Dekan fakultas teknik bersama teman-teman yang lain.
"Halo pi man...pi man..pi man..??" tanya Raya pada firman sambil menepak pundaknya
"Oi, ray..bimbingan juga??"
"Yoyoi...??kamu pasti mau antri ke wc ya" canda Raya "Makin maju aja tuh perut hahah" Raya bercanda sambil mencubit-cubit perut p-man yang buncit.
"Iya donk subur.." jawab p-man sambil menepuk perut buncitnya
"Bab brapa man??
"Masuk bab IV nech, kamu??" jawab p-man
"Baru bimbingan bab III hahahah. Cepet ya kalian"
"Kita sech beresin dulu programnya, baru bikin laporan" p-man menjelaskan
"Lho kok gitu??"
"Pusing soalnya kalo program blum beres haha"
"Wew...ngacak donk hahaha. Trus si Dedi kemana??" tanya Raya
"Tau nech, jam segini blum dateng"
"Lho ga bareng??"
"Tadi dia pergi dulu, katanya ada perlu. Ntar nyusul"
"Ouwh"

Raya hampir jarang bertemu dengan teman-teman gilanya lagi di kampus. Jadwal kuliah dan bimbingan mereka jarang bareng. Karena Raya sudah mengambil beberapa mata kuliah sebelumnya, jadi jadwal kuliahnya beda. Dosen pembimbing Raya akhirnya datang. Raya bimbingan pertama, teman-teman yang lain menunggu di luar. Di dalam ruangan dekanat Raya mempersentasikan tugas KPnya. Terlihat dosen pembimbingnya mencoret-coret laporan Raya, sambil melihat halaman demi halaman.
"Sok jelasin, kamu teh rek bikin naon??" [Silahkan jelaskan, kamu itu mau bikin apa??] ujar dosen pembimbing Raya. Pembawaannya emang santai, tapi kalo udah masalah kuliah beeeeuuuuuh, auranya beda hahahah
"Begini pa, saya membuat aplikasi inventory barang. Metodologi yang saya pakai di sini adalah terstruktur, analisisnya menggunakan model prototype" jelas Raya
"Cik, Prototype itu gimana?"
"Prototype itu, model analisis dimana kita sebagai developer hanya mengetahui kebutuhan secara garis besar saja. Kebutuhan tidak didefinisikan secara mendetail oleh user"
"Siapa yang bikin aplikasi ini??"
"Developer, ya saya pa"
"Yang nguji??"
"User"
"Siapa usernya??"
"Di sini saya pa"
"Masa??" tanya dosen pembimbing Raya sambil menurunkan kacamatanya, menatap Raya. Raya gugup dengan tatapan mata dosennya itu. Dia sadar ada yang salah. Dosennya ini punya kebiasaan, jika mahasiswanya menjawab pertanyaan dan dia balik bertanya berarti jawabannya tidak tepat.
"Hmmm..." Raya berfikir
"Masa kamu yang bikin, kamu yang nguji. Emangnya bikin dodol hahah"
(Deg..) Raya tersentak dengan pernyataan dosennya itu. "Maaf pa, ya usernya. Yang bakal make apliaksi ini"
"Siapa itu??"
"Orang kantor sana pa" (dilarang menyebutkan merk maaf :p)
"Nah eta, masa kamu bikin kamu juga yang nguji. Ga akan ketauan donk kebutuhannya sudah terpenuhi atau belum"
"Iya pa hehehe" Raya nyengir
"Oke, selesaikan bab III kamu. Perbaiki DFD nya, terus lanjut bab IV. Minggu depan saya mau lihat aplikasi kamu"
"Siap pa"
"Udah beres belum??"
"Dikit lagi pa hehehe"
"Inget ya, kamu bukan bikin dodol"
"Oke paaaa..."
"Ini bawa buku ini, saya pinjamkan. Awas jangan sobek ya" Dosennya menyodorkan buku Software Engineering Pressman cetakan keempat.
"Ga boleh sobek pa??kalo ilang berarti ga apa ya pa hehehe" Raya bercanda pada dosennya. Dosennya berdiri dan mengelus kepala Raya. Kebiasaan dosennya jika bertemu Raya. Mungkin karna dia merasa seperti anaknya sendiri.
"Panggil yang lain masuk"
"Siap pa, makasih. Assalamualaikum"
"Walaikumsalam" jawaban tegas terdengar dari dosennya itu.

Raya berlalu, badan kurusnya hilang di balik pintu ruang dekan yang tertutup. Dia menyuruh teman yang lain masuk. Pertempuran selanjutnya akan terjadi di dalam sana. Entah apa yang akan ditanyakan lagi oleh dosen pembimbingnya itu pada temannya. Di luar sana teman-teman seperjuangan menunggu giliran. Raya pamit, dengan semangat juang 45 hatinya bergejolak. Adrenalinnya terpacu, semangatnya berkobar. Dia semangat menyelesaikan laporan KP nya. Bab IV harus selesai minggu depan. Itu artinya program dia harus selesai juga minggu depan. "Ga masalah" ucapnya dalam hati, tinggal sedikit lagi program dia akan selesai. Rasanya Raya ingin cepat-cepat beres. Ibarat kata, kaya punya bisul, pengen cepet-cepet pecah hahahah.

Raya pergi, sesaat dia nampak celingukan mencari makhluk-makhluk asing yang biasanya duduk di tangga kantin. Tapi tidak terlihat salah satu pun dari makhluk itu. Raya pulang ke kostan, melanjutkan kembali programnya dan laporan yang tadi sempat dicoret-coret oleh dosen pembimbingnya. Semangat Raya saat itu tidak bisa terhentikan oleh badai, hujan ataupun angin topan, kecuali oleh rasa lapar. Karna stok makanan di kamar Raya mulai menipis. Dia pergi ke luar untuk membeli makanan. Dengan celana jeans hitam pendek, kaos oblong kedodoran dia pergi ke mini market dekat kostan. Dia memilih beberapa snack dan roti untuk mengganjal perutnya. Raya berusaha menghindari mie instan, karena penyakitnya kecuali kepepet :p. Raya menuju kasir untuk membayar belanjaannya.
"Halo bos, belanja" tanya si kasir mini market yang sudah akrab dengan Raya
"Yo'a, butuh amunisi buat beresin KP hahaha"
"Blum beres??" tanyanya
"Dikit lagi, mohon do'a dan restunya hahaha"
"Siiip...sukseslah. Tapi ko gemukan sech??" ujar si kasir mini market.
"Ahahahah..maklum stres"
"Stres mah harusnya ngurusin"
"Kan tiap stres larinya ke makan hahaha"
"Hahahah..."
"Yuk akh, makasih ya" pamit Raya
"Okeh. Sama-sama"
Setelah membayar Raya kembali ke kostannya. Siap melanjutkan membuat laporannya. Raya ingat akan kata-kata dalam sebuah novel "Tulislah, apa yang mau kamu tulis. Jangan dihalangi". Motivasi saat tokoh dalam novel itu juga dalam posisi seperti Raya. Disibukkan dengan laporan kuliahnya. Raya mulai lagi dan targetnya besok malam program dia harus selesai. Kamis malam itu Raya mengerjakan program hingga larut. Tinggal sedikit lagi programnya selesai. Raya kelelahan dan akhirnya dia tergeletak tidur di atas karpet depan netbooknya.

*Esok harinya

Raya masih disibukkan dengan laporan dan programnya. Kerja part timenya sementara ini tidak dia lakukan dulu. Raya sedang fokus dengan KPnya yang minggu depan harus selesai. Tinggal 2 kali lagi Raya harus pergi ke kantor untuk KP. Selama 2 minggu ke belakang mas Galih lah yang banyak membantu Raya. Dia mengajarkan Raya dan banyak membantu dia dalam program. Maklum, dia harus nanya ma sapa lagi coba. Raya bersyukur karna dia kenal dengan orang-orang seperti mas Galih. Pintar, berwawasan luas, kreatif. Belakangan Raya terlihat sering bareng dengan mas Galih, karna mereka harus mendiskusikan tugas Raya di kantor. Raya mulai enjoy dengan mas Galih yang dia anggap seperti kakaknya sendiri. Rasa suka saat pertama melihat mas Galih sekarang berganti jadi perasaan kagum.

Raya sedikit-demi sedikit menyelesaikan tugas KPnya. Mas Galih dengan senang hati selalu membantu Raya lewat sms, telpon, chat bahkan tak jarang mereka berdiskusi langsung di kantor. Raya merasa lega, karna akhirnya dia bisa melakukannya sendiri. Tapi tetep butuh bantuan juga hehehe. Hari selasa ini Raya datang ke kantor dan melakukan bimbingan akhir dengan mas Galih sebelum akhirnya dia harus memberikan laporan dan aplikasinya pada pa Agung. Sedikit lagi dan dia akan melanjutkan tugas besar lainnya, yaitu skripsi. Mas Galih menyarankan agar Raya mengambil kasus yang sama dengan KPnya. Supaya dia tidak buang waktu dan tinggal menambah masalahnya saja. Dan Raya pun sepertinya setuju dengan usulan mas Galih. Dan itu artinya Raya akan berlanjut melakukan penelitian di kantor itu.

* Selasa sore

Program sedikit lagi selesai, sebelum akhirnya Raya menemui masalah. Programnya error, mungkin semalam dia lupa saat memperbaiki beberapa modul. Raya mengecek per modul, mencoba menelusuri masalahnya. Hampir setengah hari Raya masih memperbaiki beberapa modul. Hari ini harusnya dia menyelesaikan tahap akhir dari aplikasinya, tapi ternyata semua harus tertunda. Raya mulai kebingungan, karna besok harusnya dia persentasi aplikasi pada pembimbingnya Sementara saat ini aplikasinya masih belum berfungsi semua. Tapi seingat dia, dia save sebelum dia tertidur. Raya berusaha tenang dan menyelesaikannya satu persatu. Tapi pikir dia tidak mungkin kalo harus beres besok. Belajar dari pengalaman, jangan panik saat menghadapi masalah. Tarik nafas dan berusaha fokus lagi. Tapi sepertinya Raya sulit fokus, pikirannya pergi kesana kemari. Handphonenya berbunyi, terlihat di display ada pesan masuk dari ayahnya.
"Ray, gimana bimbingannya lancar? moga dilancarin semuanya ya, kalo ada apa-apa kabari bapa sama mamah di rumah. Kalo bisa minggu ini pulang"
Pesan singkat dari ayahnya membuyarkan pikiran Raya. Dia sadar sudah hampir 3 minggu ini dia tidak pulang ke rumah. Orang tuanya pasti khawatir, apalagi ibunya. Raya sendiri saat ini sedang stuck, pikirannya lelah dengan tugas-tugas kuliahnya terutama KP ini. Dia butuh rehat sejenak, mencari ketenangan dan lepas dari rutinitas yang begitu menyibukkan dirinya. Raya meminta ijin pada dosen pembimbingnya besok tidak jadi persentasi, dengan alasan program dia masih ada perbaikan. Dosennya pun mengijinkan, karna kebetulan dosen pembimbing Raya harus pergi ke luar kota. Raya tenang, dia bebenah dan siap-siap untuk pulang ke rumah. Netbook tidak lupa dia bawa, biar bisa mengerjakan di rumah nanti.

***

Raya pulang ke rumah, dia kangeun masakan ibunya. Dia kangeun bau kamarnya (weks kamar bau ko dikangeunin :p). Sesampainya di rumah Raya benar-benar kelelahan, dia berbaring di sofa depan tivi. Sore menjelang saat Raya sampai di rumah. Ibunya sibuk memasak, ayahnya belum pulang dari kantor. Saat ayahnya pulang dari kantor Raya masih tertidur di sofa. Dia terbangun oleh suara ayahnya yang memanggilnya.
"Udah mau maghrib, bangun" ujar ayahnya membangunkan Raya. Raya terbangun.
"Tumben pa udah pulang??" tanya Raya saat melihat ke luar matahari masih bersinar, sembari mengumpulkan nyawanya yang masih tertinggal di alam mimpi
"Tadi piket di dago, jadi cepet. Eh tuh di buffet buat kamu" ayahnya menunjuk ke sebuah kotak kecil berwarna hitam-putih dalam buffet kayu.
"Apaan itu pa??" tanya Raya sambil bangkit dan mengambil kotak itu. "Weeeeeeiiittss..hahahah" senyum Raya mengembang seketika setelah melihat kotak itu, Nyawanya pun secepat kilat kembali ke tubuh Raya. Handphone baru untuk Raya, sesuai warna kesukaannya hitam. Raya tidak pernah meminta ganti handphone pada ayahnya. Tapi ayahnya sendiri yang membelikan.
"Kemaren temen bapa jual hape, masih bagus baru 4 bulan. Pake aja"
"Asyeeeeeeeeeekk..hahai.." teriak Raya sumringah
"Deeeuuuuhhh...hape baru euy" ujar ibunya yang sedang naik menuju ruang tivi
"Kenapa ga bapa pake aja, biar Raya pake hape bapa"
"Ga apa, kemaren kan bapa baru ganti hape. Itu buat kamu aja"
"Mamah mana..??" ujar ibunya tidak mau kalah
"Yeeeee...mamah pake hape itu aja dulu, ngetik aja blum becus hahaha" ujar Raya (tidak sopan ya :p)
"Pinjem mbaaaa..." pinta adik Raya
"Bentar donk, aku aja baru megang"
"Uuuuuuh.." keluh adik Raya. Raya kasian melihat adiknya
"Nech tapi ga boleh maen game, ga boleh setel mp3, ga boleh internetan" ujar Raya sambil memberikan handphone baru pada adiknya.
"Yey..trus ngapain donk??" protes adiknya
"Pegang doank hahahah"
"Weee..licik"
"Kamu pake hape mba mu aja" ibunya menyarankan. Dengan senang hati Raya memberikan hape lamanya pada adiknya.
"Licik akh..." ujar adiknya
"Eh anak kecil ngalah :p" ujar Raya. Yang ada itu harusnya kaka ya yang ngalah ckckckck.

Raya cengar-cengir memainkan hape barunya. Sementara adiknya cemberut. Karena iba dan ga tega akhirnya Raya berbaik hati meminjamkan hape barunya pada adiknya. Disambut dengan senyum 3 jari adiknya menyambut hape itu dan mulai bermain game. Setelah sholat maghrib berjamaah mereka makan malam. Suasana yang begitu hangat saat itu. Raya benar-benar kangeun suasana seperti itu. Raya kalap, masakan ibunya enak, dia nambah ampe 2x (itu mah bukan lapar lagi namanya). Makan selesai Raya membantu ibunya membereskan meja makan dan mencuci piring. Nonton tv bareng dan bercanda.
"Kalo jam segini di kostan biasanya ngapain Ray??" tanya ibu Raya
"Jam segini sech biasanya blum pulang dari rumah Dika" jawab Raya. Orang tuanya blum tau kalo Raya itu part time dan main band.
"Hah..ngapain??"
"Kan ehhmmmmm..." sepertinya Raya salah jawab, dia mulai befikir mencari alasan. "Ngerjain KP bareng, kan suka saling bantu kalo ada yang ga bisa"
"Kan beda dong judulnya" ujar ayah Raya
"Iya emang beda tpi kan kalo mentok di program atau laporan mu nanya ma sapa lagi"
"Ouwh.." orang tua Raya mengerti jawaban Raya.

Raya sengaja tidak memberitahu orang tuanya masalah main band dan kerja part time. Dia ga mau orang tuanya khawatir dan jadi kepikiran. Mungkin orang tuanya bakal mikir uang yang dikirim itu kurang, pasti nambah pikiran lagi. Apalagi masalah main band, di mata orang tuanya itu kurang baik apalagi buat cewe (cuman ortunya yang bener-bener nganggap dia cewe :D). Malam menjelang, cuaca semakin terasa dingin. Daerah rumah Raya itu memang terkenal dingin, karena berada di daerah pegunungan. Kalo di rumah Raya tidak pernah lepas dari jaket dan kaos kaki, apalagi kalo malam hari. Pikiran Raya masih ke tugas KPnya yang masih banyak error. Raya pergi keluar, setiap dia punya masalah dia selalu diam sendiri di atas genteng (mu saingan sama kucing kali ya hahaha). 

Malam ini langit tampak cerah (gimana tau cerah kan gelap??), iya maksudnya ga ujan. Raya pergi ke atap rumahnya, naik ke atas genting lewat pinggir-pinggir atap. Duduk memangku lutut, jauh menatap ke atas. Terlihat banyak bintang bersinar, membentuk gugusan bintang. Raya ga begitu mengerti masalah rasi bintang. Dia melihat satu bintang paling terang diantara lainnya. Tepat berada di tengah-tengah langit. "Polaris" Raya bergumam dan tersenyum melihat bintang itu. Setiap melihat polaris Raya selalu bahagia. Sebuah harapan ada di benak dia, dia lulus dan orang tuanya bahagia. Raya menghirup udara dalam-dalam, terasa dingin menusuk. Dia pejamkan matanya dan terbayang wajah bahagia kedua orang tuanya melihat dia memakai toga dan lulus. Kembali dia menatap ke langit, tersenyum pada bintang malam. Seolah udara dingin malam itu tidak dia hiraukan. Raya selalu senang diam di atas genteng rumahnya. Dia menatap ke sebelah kiri nampak gunung tangkuban perahu berdiri dengan gagah dan gelap. Dia kembali menatap sebelah kanan, kilauan cahaya lampu berjajar jauh di sana. Membuat kilauan-kilauan kecil seperti bintang yang sangat dia suka. Tangannya dia sorotkan pada cahaya itu membentuk kotak layaknya bingkai foto. Clek..raya berdecak. Kembali dia sorotkan tangannya ke arah langit, menyorot pada bintang yang terang dan clek. Dia tersenyum, kepalanya tetap tengadah menatap gugusan bintang. Dalam hati Raya berucap, dia benar-benar ingin segera memiliki kamera. Kasian banget yang pengen kamera hehehe

Keesokan harinya Raya bangun dan dia merasakan tenggorokannya sakit saat menelan. (Nah lho, salah sendiri malem-malem diem di atas genteng :p). Yah mungkin karena angin-anginan semalem dan kondisi badan Raya yang lagi down. Akibat kelelahan dan terlalu banyak pikiran. Raya merasakan badannya hangat. "Sepertinya demam" ucap Raya dalam hati saat bangun dari tidur. Raya sarapan pagi dan meminta obat pada ibunya. Setelah minum obat dia kembali berbaring di kamarnya. Mau ke air aja lemes, apalagi turun ke bawah. Sepertinya niat Raya untuk melanjutkan mengerjakan tugas KPnya tertunda lagi. Kali ini dia benar-benar sakit. Niat mau refreshing malah bed rest. Ibunya memberikan kompresan pada Raya. Raya tertidur lemas.

***

*Sabtu Sore

Sore ini raya kembali ke kostannya, siap melanjutkan tugasnya yang tertunda karena jatuh sakit selama 2 hari di rumah. Raya bersyukur untung dia sakit pas di rumah, kalo pas di kostan mungkin akan repot. Dia pulang ke kostan di antar ayahnya yang kebetulan sabtu ini kebagian piket di salah satu bank di daerah merdeka. Teman-teman Raya tau kalau dia sakit, cuman ga bisa nengok. Hanya Juna yang datang ke rumah Raya, karena rumahnya kan ga terlalu jauh. Sore itu kebetulan ga ada jadwal manggung, sementara sebelum mereka selesai sidang kegiatan di luar kuliah distop dulu, biar fokus dan cepat selesai. Malam ini Raya harus mengejar ketinggalan dari teman-temannya. 

Sabtu malam Raya benar-benar fokus dan semangat menyelesaikan programnya meski dengan tubuh yang belum sembuh betul. Dia janji ga akan begadang. Tapi saat dia berusaha fokus dan mengerjakan, dia terganggu dengan suara bising di kamar sebrang sana. Terdengar suara musik dugem di sana, berisik. Tetangga baru Raya dan sepertinya mereka masih SMA. Tetangga yang lain pun merasa berisik, mereka keluar kamar dan menengok ke kamar sebrang. Raya bertanya pada teman sebelah kamarnya.
"Not sapa sech depan??" Raya bertanya pada Yani 
"Anak baru, ga tau apa ini udah malem. Qta tegur aja" jawab Yani
"Hayu" ujar teman-teman yang lain. Raya mengetuk kamar itu, tapi tidak ada respon terlalu berisik mungkin jadi ketukan Raya tidak terdengar. Asti geram, dia menggedor pintu lebih keras. Penghuni kamar itu akhirnya keluar, dan tampak 2 orang gadis abg mengenakan baju yang serba terbuka. 1 orang membukakan pintu. Raya berdecak melihat kelakuan 2 bocah itu.
"Sorry ganggu ya dek. Musiknya bisa dikecilin dikit ga??" pinta Raya 
"Emang kenapa??" ujar salah satu bocah ababil itu dengan nada sedikit membentak
"Eh sadar ga lo ini udah malem" Asti mulai geram
"Ini kostan ya, bukan rumah kamu. Kalo mau dugem sono ke tempat dugem, ga modal" ujar Yani yang ikut emosi.
"Udah santai aja, jangan emosi" ujar Raya ga mau berkonflik
"Yeee...nyolot" ujar bocah satu lagi ikut membela
"Mav ya dek, kita juga butuh istirahat. Kalo mau berantem jangan sekarang lah kita ga mau cari masalah" Raya berusaha tenang dan memberi pengertian pada bocah itu
"Ya biasa aja dong, ga perlu gedor-gedor pintu orang gitu" ujar bocah 1
"Eh, tadi kita udah ketok pelan emang kamu denger?? kalian masih kecil aja udah betingkah, kaya ga pernah disekolahin aja" Asti benar-benar geram
"Kalian yang ga pernah makan bangku sekolahan kali" bocah 2 ikutan sewot
"Hahahaha...eh bocah, kita makannya nasi bukan bangku" ujar Raya mulai emosi
Kedua bocah itu menatap mereka dengan penuh emosi, Yani dan Asti makin geram. Mereka hampir menampar 2 bocah itu. Keributan saat itu membuat penghuni kamar lain bergerombol, datang ke kamar bocah ababil itu.
"Dek mav ya, belajar sopan santun kan?? ko ga sopan sech sama orang. Qta kan tadi ngomong baik-baik, kenapa nyolot. Udah tau kalian yang salah, masih ngeles. Denger ya, kali ini qta bilangin aja jangan sampe keulang lagi. Kalian kan baru disini, musti adaptasi sama lingkungan sini lah. Qta ga suka sama kebisingan, qta ini butuh tenang. Yang lain baru pulang kerja butuh istirahat, yang lain juga ada yang lagi ngerjain tugas. Kalian berisik malah ganggu, jangan sampe qta emosi" Raya berusaha menjelaskan dan menahan emosi. sebenarnya kalo dia ga tahan dia bisa lebih parah. Raya itu temframen. Yang lain pun membenarkan pernyataan Raya, dan berusaha menahan emosi.
"Kalo diulang lagi, qta ga segan laporin kamu sama pa Sar (pemilik kostan)" ujar Asti.
Kedua bocah itu menutup pintu dan tirai jendelanya. Suara bising tidak terdengar lagi, sepertinya mereka mematikan minicombonya. Semua kembali ke kamar masing-masing.
"Bocah sekarang tuh ya, sopan santunnya parah" ujar icha salah satu penghuni kostan
"Ababil dasar" Asti berujar
"Udah lah, ntar kalo gitu lagi qta laporin aja" ujar Raya

Raya kembali mengerjakan tugas KPnya. Target hari senin ini dia harus demo program ke dosen pembimbingnya. Selanjutnya bab IV dan siap-siap sidang. Belakangan Raya mengalami banyak godaan, dari masalah hati, males kuliah, program yang error, kerja part timenya, pengen cepet lulus, sampai masalah barusan. Rasanya Raya benar-benar sedang diuji, dia bersyukur masih diberi ujian. Inilah yang dia sebut 'Kerikil-kerikil tajam' dia yakin suatu saat dia bakal sukses. Dan inilah jalan yang dikasih untuk dia. Dia harus bisa melewati semua ini, dengan sifat yang lebih dewasa.
 ***

*Senin pagi

Akhirnya, perjuangan Raya selama 2 hari begadang berbuah hasil. Programnya selesai dan siap demo. Sore ini dia janji bimbingan dengan dosennya. Teman-temannya yang lain masih berjuang. Raya belum bisa membantu temannya banyak, karna dia sendiri masih sibuk dengan KPnya. Sore itu Raya kembali bertemu dengan dosen pembimbingnya. Setelah menunggu selama setengah jam akhirnya dosen pembimbingnya datang.
"Bentar ya, saya baru datang" ujar dosen pembimbingnya pada mahasiswa bimbingannya yang sudah menunggu depan ruang dekanat.
Setelah dosennya siap mereka di panggil per kelompok.
"Kamu mah ke heulanya, nu lain heula we" [kamu nanti dulu ya, yang lain dulu] ujar dosen pembimbingnya pada Raya.
"Siap paaa.." jawab Raya

Mereka masuk satu per satu, cukup lama mereka di dalam. Raya menunggu giliran, dan mulai bosan. Teman-teman yang lain pun tidak ada saat itu, biasanya mereka bimbingan pagi atau siang. Raya berjalan menyusuri koridor fakultas teknik. Sampai akhirnya dia duduk di depan lobi kampus. Dia melihat beberapa gerombolan anak mahasiswa adik angkatan mereka sedang duduk santai di lobi. Dia teringat masa-masa mudanya dulu (emang sekarang dah tua ya :p). Masa-masa yang dulu pernah dia alami, kenangan yang akan dia rindukan. Setelah cukup lama dia duduk di lobi, dia kembali ke depan fakultas teknik mungkin sudah beres yang lain pikirnya. Saat kembali ternyata masih ada satu kelompok lagi, daripada jauh dia putuskan untuk menunggu di depan ruang dekanat. Beberapa saat akhirnya yang bimbingan keluar. Mereka menyuruh Raya untuk masuk duluan. Raya masuk dan siap untuk persentasi.
"Bab berapa sekarang tuh??' tanya dosennya
"Masuk bab IV pa, sekalin demo program"
"Sok atuh sok, kumaha??" [silahkan..bagaimana]
Raya mempresentasikan aplikasi yang dia buat. Ada beberapa pertanyaan dari dosennya, untungnya Raya sudah siap dengan jawabannya kali ini. 
"Sepertinya kamu sudah paham ya"
"Alhamdulillah pa, kemarin banyak belajar dai buku yang bapa kasih kan hehehe"
"Okeh kalo gitu sepertinya kamu udah siap. Oia ada perbaikan sedikit di bab II kamu, minggu depan draftnya kasih ke saya. Kalo bisa Seninnya kamu maju sidang ya" ujar dosennya sambil memberikan laporan Raya.
"Okeh pa siap sedia" Raya senang, karna akhirnya sebentar lagi perjuangannya berkahir. Raya keluar ruangan dengan senyum.

***

Almamater biru melekat di badan kurus Raya. Menunggu giliran untuk sidang. Teman-temannya pun akhirnya sidang bareng bersama Raya. Sambil menunggu mereka bercanda untuk menghilangkan rasa gugup dan tegang. Di dalam ruang sidang p-man dan Dedi sedang mempertanggungjawabkan perbuatannya (hah..??sapa yang dihamili??) kerjaan KPnya maksudnya.Sementara di luar Raya dan teman-temannya menunggu giliran dieksekusi :p. Raya becanda seenaknya, berusaha mengalihkan gugupnya. Teman-teman yang lain ada yang sedang belajar malah di ganggu. Sampai akhirnya giliran Raya.

Selama kurang lebih satu jam Raya di ruang sidang. Entah apa yang terjadi di dalam sana dengan Raya. Raya keluar dengan wajah lega, meski belum tau nilai akhirnya. Dia buka almamaternya dan terduduk lemas di teras kampus. Pasrah, lelah terlihat di wajah Raya. Keringat terlihat keluar di wajah Raya.
"Lu abis pitnes Ray" tanya Juna sambil bercanda
"Abis dikejar anjing aku hahahaha"
"Gimana..?" tanya Satria
"Ga sesulit yang dibayangkan ko" ujar Raya
"Santai aja, kalo udah nguasain mah bisa lah" p-man ikut berkomentar
"Hu.uh sok lah semangat kalian yah" ujar Dedi sambil menepuk pundak Juna

***

*Kampus 19.00

Semua mahasiswa sidang KP berdiri berjajar di ruang sidang malam itu, termasuk Raya dan teman-temannya. Semua tegang, menanti keputusan dosen penguji tentang kelulusan sidanganya.
"Firman.." nama p-man disebut oleh ketua jurusan.
"Kamu lulus dengan nilai A" pernyataan itu membuat p-man lega
"Alhamdulillah..." sambil tertawa lebar
"Dedi..." ujar ketua Jurusan
"Iya pa...!!!" jawab Dedi deg-degan
"Hmmm...Juna B, Menir (Nama asli omen) B, Raya A, Rahmat B, Nia B, Dian A, Satria A..." ketua jurusan menyebutkan semua peserta sidang saat itu
"Lho, saya pa..??" tanya Dedi yang nilainya belum disebutkan
"Kan tadi udah, ga denger ya..??" ujar ketua jurusan
"Nilai.y belum pa.." jawab Dedi masih terlihat tegang
"Dedi..... Juna B, Menir B, Raya A, Rahmat B, Nia B, Dian A, Satria A. Udah kan..??"
"Saya belum pa, baru namanya aja"
"Lha...gimana sech, kan barusan udah di ulang"
"Tapi kan baru Dedi, nilainya belum pa. Jadi saya lulus ga pa"
"Kamu yakin lulus ga..?"
"Yakin ga yakin pa.." pasang wajah gelisah, mukanya mulai memerah
"Ya kalo ga yakin berarti ga lulus" ujar Ketua Jurusan. Semua nampak khawatir dan ikut-ikutan Dedi menjadi tegang"
"Hahahaha...tenang jangan tegang gitu dong" ujar salah satu dosen penguji
"Jadi saya lulus ga pa..?" Dedi bertanya lagi untuk meyakinkan
"Maunya lulus atau enggak" tanya ketua jurusan
"Ya lulus donk pa"
"Saya ulangi ya, Dedi A, Juna B, Menir B, Raya A, Rahmat B, Nia B, Dian A, Satria A. Tuh udah kan...??"
"Udah pa..." respon Dedi kali ini benar-benar lempeng. DIa benar-benar ga sadar kalo barusan nilainya disebutin. Dia bener-bener tegang dan ga konsentrasi.
"Ya udah.."
"Hah...?" ujar Dedi
"Udah lulus ded.." Juna merangkul Dedi yang pasang wajah cengok
"Lulus..??nilanya pa..?"
"Yeeee...A dedi" semua teman-temannya berteriak meyakinkan Dedi yang nampak masih ga ngeuh
"Alhamdulillaaaaaaaah..." Dedi langsung sujud syukur, sambil senyum sumringah dan mata yang memerah menahan tangis haru.

Suasana di ruang sidang mulai ramai dengan ucapan selamat. Semua sudah mempertanggungjawabkan pekerjaannya. Ini benar-benar pertempuran yang berat, tapi di depan mereka masih ada pertempuran yang harus mereka selesaikan. Skripsi menanti di depan sana, menunggu mereka dengan gagah dan menantang. Semua bergemuruh di luar ruangan sidang malam itu. Raya dan teman-temannya berjingkrak kegirangan. Tinggal kelompok selanjutnya yang akan mempertangungjawabkan pekerjaan mereka menanti saat-saat menegangkan itu minggu depan. Dika dan Erik bagian dia menaklukannya minggu depan, sementara teman yang lain sudah tenang. Inilah yang mereka sebut "Pecah bisul" hahahahah.

***



0 komentar:

Posting Komentar